News

Lonjakan Harga Telur Ikut Seret Naik Angka Stunting

GELUMPAI.ID – Melonjaknya harga telur menjadi salah satu dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ketersediaan makanan sehat dan memadai, terutama bagi keluarga yang memiliki keterbatasan ekonomi.

Dengan melonjaknya harga telur, ikut menyeret juga kenaikan angka stunting, meskipun banyak faktor yang mempengaruhi anak mengalami kondisi stunting, termasuk kurangnya asupan nutrisi, infeksi, sanitasi yang buruk, dan praktik makan yang buruk.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Badan Pengurus Wilayah (BPW) Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) Banten, Asep Mulya Hidayat. Ia menyebut bahwa stunting adalah kondisi di mana pertumbuhan anak terhambat dan terlambat karena kurangnya gizi yang cukup.

Asep mengatakan, kenaikan harga telur ini memang tidak berdampak langsung pada stunting, namun kenaikan harga telur bisa berdampak pada ketersediaan makanan yang memadai bagi keluarga yang memiliki keterbatasan ekonomi.

“Ketika harga telur naik, keluarga yang memiliki keterbatasan ekonomi mungkin akan kesulitan untuk membeli makanan yang bergizi, termasuk telur, karena harga yang lebih mahal,” ujarnya.

Akibat naiknya harga telur, lanjut Asep, keluarga dengan kondisi keterbatasan ekonomi mungkin akan mencari alternatif makanan yang lebih murah dan kurang bergizi, seperti makanan cepat saji atau makanan yang tinggi gula dan lemak.

“Hal ini dapat menyebabkan kekurangan nutrisi dan berkontribusi pada stunting pada anak-anak,” ucapnya.

Pria yang akrab disapa Haji Rocker ini mengatakan bahwa telur mengandung banyak nutrisi penting seperti protein, vitamin D, vitamin B12, dan selenium yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.

Apabila keluarga tidak dapat membeli telur karena harganya yang lebih mahal, anak-anak mereka mungkin kekurangan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan yang sehat dan terhambat dalam pertumbuhannya, yang dapat menyebabkan stunting.

“Penyebab harga telur naik adalah Produksi nya memang sedang turun, populasi betina produktif nya sedang turun,” terangnya.

Ia menyampaikan bahwa saat ini pakan ayam mengalami kenaikan, sehingga biaya produksi naik, di mana kondisinya kini volume produksi turun namun biaya produksi naik.

“Kalau meningkatkan jumlah produksi ya nunggu umur yang di bawah 25 minggu bertelur,” katanya.

Haji Rocker juga memberikan masukan sejumlah langkah yang bisa diambil dengan kondisi saat ini, di mana harga telur naik salah satunya karena harga pakan ayam naik.

“Langkah yang bisa diambil bisa mengurangi harga pakan, subsidi pakan mungkin bisa diambil, daripada buat subsidi mobil listrik yang menikmati sedikit. Kalau subsisdi pakan ayam, konsumen produk ayam baik daging maupun telur, semua menikmati,” tegasnya.

Mengenai Substitusi

Secara umum, Haji Rocker menyebut bahwa tempe lebih murah daripada telur, terutama jika dibandingkan dengan telur yang berasal dari sumber yang berkualitas tinggi.

“Harga telur dapat bervariasi tergantung pada banyak faktor, seperti musim, lokasi geografis, dan ketersediaan. Namun, dalam banyak kasus, telur biasanya lebih mahal daripada tempe,” katanya.

Namun, ketika membicarakan tentang kandungan protein, ia mengatakan bahwa telur mengandung lebih banyak protein daripada tempe.

Sebuah telur memiliki kira-kira 6 gram protein, sedangkan 100 gram tempe hanya mengandung sekitar 18 gram protein.

“Oleh karena itu, jika mempertimbangkan protein, telur lebih baik sebagai sumber protein dari pada tempe,” tuturnya.

Di sisi lain, penting untuk diingat bahwa tempe memiliki keunggulan dalam hal nutrisi lainnya.

Menurutnya, tempe adalah sumber protein nabati yang baik, serta mengandung serat, vitamin, mineral, dan antioksidan yang penting untuk kesehatan tubuh.

“Selain itu, tempe juga mengandung lebih sedikit lemak dan kolesterol daripada telur, sehingga dapat menjadi pilihan yang lebih sehat,” imbuhnya.

Dalam memilih sumber protein, kata dia, penting untuk mempertimbangkan seluruh gambaran nutrisi dan harga.

Jika mempertimbangkan protein saja, menurutnya telur lebih banyak mengandung protein daripada tempe.

“Namun, jika mempertimbangkan nutrisi lainnya dan harga, tempe dapat menjadi pilihan yang lebih baik,” tandasnya.

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar