Ruang Getizen

Ayah Narsistik dan Dampaknya pada Anak Perempuan: Simak Tanda-Tandanya!

GELUMPAI.ID – Seorang ayah dengan sifat narsistik bukan hanya berdampak pada hubungan dengan pasangan atau lingkungan sosial, tetapi juga memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan emosional anak-anaknya, terutama anak perempuan. Dilansir dari Optimum Joy, berikut beberapa tanda yang sering dialami anak perempuan dari ayah narsistik!

Ketidakpercayaan Diri Kronis dan Harga Diri Rendah

Anak perempuan dengan ayah narsistik sering merasa terjebak dalam kritik yang tiada henti dan ekspektasi yang tak realistis. Menurut para ahli, pola asuh seperti ini menciptakan perasaan bahwa dirinya tidak pernah cukup baik.

Kondisi ini membuat mereka meragukan setiap keputusan yang diambil, khawatir mengecewakan orang lain, dan merasa tidak layak mendapatkan cinta atau kesuksesan. Parahnya lagi, minimnya empati dari ayah narsistik dapat mengikis harga diri mereka, menciptakan rasa tidak puas yang mendalam terhadap diri sendiri.

Perfeksionisme yang Berlebihan

Perfeksionisme sering muncul sebagai respons terhadap kritik keras dan tuntutan tinggi dari ayah narsistik. Anak perempuan cenderung memaksakan diri untuk unggul di berbagai bidang demi menghindari kritik atau mendapat persetujuan. Sayangnya, tekanan ini sering berujung pada stres kronis dan kelelahan emosional.

Standar yang tidak realistis ini juga membuat mereka takut gagal, sehingga enggan mengejar hasrat sejati atau mengambil risiko besar.

Sulit Mempercayai Orang Lain

Ketidakpastian pola asuh seorang ayah narsistik sering membuat anak perempuan tumbuh dengan rasa tidak aman dalam hubungan interpersonal. Mereka cenderung selalu waspada terhadap kemungkinan pengkhianatan atau penolakan, sehingga sulit menjalin kedekatan yang sehat dengan orang lain.

Namun, kabar baiknya adalah, dengan terapi dan waktu, mereka dapat belajar membangun kepercayaan dan hubungan yang lebih baik.

Ketergantungan pada Validasi Eksternal

Anak perempuan dari ayah narsistik kerap menunjukkan pola kodependensi dalam hubungan. Mereka merasa bertanggung jawab atas kebahagiaan orang lain, sering kali mengabaikan kebutuhan sendiri. Pola ini juga disertai dengan kebutuhan yang mendalam akan validasi eksternal, karena harga diri mereka sangat terkait dengan kemampuan menyenangkan orang lain.

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar