GELUMPAI.ID – Anggota Komisi VII DPR RI, Yoyok Sukawi, menyoroti kondisi terkini yang memprihatinkan di sektor industri padat karya, khususnya industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Menurutnya, sektor-sektor yang selama ini menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar kini terancam mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) massal akibat tekanan ekonomi dan persaingan ketat.
Yoyok mengungkapkan, sejumlah perusahaan di sektor tekstil mengalami kesulitan bertahan, bahkan beberapa di antaranya terpaksa menutup pabrik dan memberhentikan ribuan pekerja. “Pemerintah perlu mengambil langkah cepat untuk melindungi industri padat karya ini agar tidak semakin banyak pekerja yang kehilangan mata pencaharian,” ujar Yoyok dilansir dari Parlementaria, Senin (14/4).
Ia menekankan bahwa pemerintah harus lebih memperhatikan kondisi industri-industri yang menyerap banyak tenaga kerja, terutama yang rentan terhadap dampak globalisasi dan impor produk murah. “Pemerintah harus memberikan dukungan berupa kebijakan yang mendorong peningkatan daya saing industri lokal dan memperketat pengawasan terhadap impor barang-barang yang merugikan industri dalam negeri,” tambah Yoyok saat rapat kerja dengan sejumlah pengusaha tekstil.
Keprihatinan ini juga diungkapkan oleh Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), yang mencatat bahwa lebih dari 30 perusahaan tekstil di Indonesia telah tutup dalam beberapa bulan terakhir, mengakibatkan lebih dari 11.000 pekerja kehilangan pekerjaan mereka. Menurut API, salah satu faktor utama yang mempengaruhi kondisi ini adalah maraknya produk tekstil ilegal yang masuk ke Indonesia.
Para pengusaha tekstil mendesak pemerintah untuk segera menangani masalah impor ilegal, yang dianggap menjadi salah satu penyebab utama turunnya daya saing produk lokal. “Kami berharap pemerintah dapat memberikan solusi nyata untuk mengatasi masalah ini dan melindungi pekerja Indonesia,” tutup Ketua Umum API, Jemmy Kartiwa Sastraatmaja.
Sebagai respons, Komisi VII DPR juga memanggil para pengusaha untuk mendiskusikan langkah-langkah yang dapat diambil guna menyelamatkan industri ini dari kebangkrutan massal.