GELUMPAI.ID — Aksi boikot terhadap Tesla semakin memanas. Showroom Tesla di berbagai negara bagian Amerika Serikat (AS) diserbu masyarakat sebagai bagian dari gerakan ‘Tesla Takedowns’. Protes ini melibatkan penjualan saham Tesla secara masal dan pemasangan stiker sindiran yang ditujukan kepada CEO Tesla, Elon Musk.
Gerakan ini muncul sebagai reaksi terhadap kebijakan politik Musk yang kini memimpin Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE). Dalam masa kepemimpinannya, Musk telah melakukan pemangkasan besar-besaran di lembaga pemerintahan, yang mengarah pada pemecatan PNS dan penghapusan program-program federal. Ia juga mendorong kontrak-kontrak pemerintah yang menguntungkan bisnis-bisnisnya. Salah satu tindakan kontroversialnya adalah berpose dengan gerakan ‘salute’ yang menyerupai simbol Nazi.
Musk merespons keras penyerangan ini. Dalam sebuah wawancara, ia menyebutkan bahwa protes tersebut sebagai bentuk vandalisme yang jauh di luar batas. “Sungguh mengejutkan bagi saya bahwa ada tingkat kebencian dan kekerasan dari pihak kiri,” ujar Musk, seperti yang dilansir oleh Yahoo News pada Kamis (20/3/2025).
Gerakan boikot Tesla ini tidak hanya terbatas di AS. Kampanye dengan slogan “Jangan Beli Tesla” juga sudah menyebar ke Berlin dan Wales. Sebelumnya, protes ini dimulai dengan eksodus pengguna platform X milik Musk, yang beralih ke pesaing seperti BlueSky, setelah X dianggap menjadi alat propaganda Musk untuk mendukung kampanye Presiden AS Donald Trump.
Musk membalas kritik tersebut dengan keras. “Saya selalu berpikir bahwa kubu kiri, Anda tahu, Demokrat seharusnya menjadi partai yang menjunjung tinggi empati, partai yang peduli pada sesama. Namun, mereka malah membakar mobil, mereka membakar dealer mobil, mereka menembakkan peluru ke dealer mobil, mereka menghancurkan Tesla,” ujarnya.
Musk juga menyebutkan bahwa aksi boikot dan vandalisme ini merupakan bagian dari konspirasi besar yang diarahkan kepadanya. “Siapa yang mendanai dan mengoordinasikan gerakan ini? Ini gila. Saya tak pernah melihat hal semacam ini,” katanya.