News

Cempaka Foundation Resmikan Agropreneurship Learning Community di Pasuruan

GELUMPAI.ID – Cempaka Foundation meresmikan program Agropreneurship Learning Community (ALC) pada Rabu, 22 Februari 2023, bertepatan dengan Hari Peduli Sampah Nasional 2023.

Acara peresmian program Agropreneurship Learning Community tersebut diadakan di Desa Dayurejo, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan.

Program yang digagas Cempaka Foundation bersama PT Cargill Indonesia ini merupakan program pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis potensi agroforestri dan sumber daya pedesaan lainnya.

Acara peresmian ini dihadiri beberapa stakeholder seperti DLH Kabupaten Pasuruan, PT Cargill Indonesia, PT Sorini Agro Asia Corporindo, PT HM Sampoerna Tbk, PT. Indolakto, Maggot Center Pasuruan, Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Desa Dayurejo, Suwayuwo dan Bulukandang, Kelompok Tani Hutan Sukmojati, dan perangkat desa setempat.

Empat UMKM masyarakat Dayurejo juga hadir untuk memperlihatkan produk olahan mereka, diantaranya UKM Kopi Sukmojati, UKM Kripik BUSAMI, UKM Herbal Siti Inggil, dan UKM Rekso Alam.

Program ini bertujuan untuk mendorong masyarakat pedesaan untuk mengelola potensi ekonomi secara mandiri dan berkelanjutan dengan pendekatan manajemen bisnis yang baik.

Hasil tanam dan ternak mereka akan diolah oleh UMKM masyarakat setempat menjadi produk olahan bernilai jual. Dari program ini, banyak produk olahan telah dihasilkan, seperti olahan kopi, buah, bambu, tanaman herbal, dan lain sebagainya.

Tidak hanya sebagai program pengelolaan sumber daya alam, ALC juga dibentuk untuk mengedukasi masyarakat sekitar agar bisa belajar mengolah dan memanfaatkan sumber daya yang ada.

“Cempaka Foundation sebagai satu lembaga yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan hidup di Kabupaten Pasuruan mencoba untuk membangun kolaborasi dan menyediakan fasilitas pusat edukasi yang kita sebut sebagai Agropreneurship Learning Community,” ujar Direktur Cempaka Foundation, Sarifudin Lathif, pada sambutannya.

“Yang mana pusat edukasi ini tidak berupa sekolah atau perguruan tinggi, tetapi kita akan mendorong pembelajaran tentang pelestarian hutan, pengelolaan sumber daya alam di masyarakat,” lanjutnya.

Terdapat enam UMKM binaan di Desa Dayurejo yang ditetapkan sebagai pusat pembelajaran pengelolaan hasil hutan, diantaranya:

  • UMKM Kopi Sukmojati: Produsen biji kopi, kopi kemasan, dan jasa roasting biji kopi.
  • UMKM Kripik BUSAMI: Produsen kripik olahan buah pisang, nangka, singkong, dan talas.
  • UMKM Sumber Langgeng: Produsen bibit tanaman buah dan kayu keras.
  • UMKM Herbal Siti Inggil: Produsen minuman herbal olahan jahe, kunyit, temulawak, dan lain sebagainya.
  • UMKM Rekso Alam: Produsen olahan bambu menjadi tusuk sate dan kerajinan bambu.
  • UMKM Cempaka Farm: Produsen telur ayam dan ulat maggot sebagai pakan ternak alternatif.

Kabid II Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan, Syahnur Indra, mengapresiasi program ALC yang diinisiasi oleh Cempaka Foundation. Menurutnya, program itu sangat tepat dan diperlukan dalam rangka meningkatkan kualitas UMKM di Pasuruan.

“Pemerintah tidak bisa sendirian dalam mengedukasi dan mengarahkan masyarakat untuk bisa memanfaatkan sampah, maka datangnya Agropreneurship Learning Community ini sangat kita dukung dan sangat kita perlukan,” katanya.

Tidak hanya peresmian Agropreneurship Learning Community, pada hari yang sama juga diresmikan salah satu wirausaha yang dikembangkan dalam program ALC, yaitu Rumah Maggot Terpadu.

Rumah Maggot Terpadu membudidayakan ulat maggot yang berasal dari lalat Black Soldier Flies. Terobosan ini muncul atas permasalahan sampah organik di pedesaan yang terbuang begitu saja.

Menurut penelitian yang dilakukan Cempaka Foundation, sampah rumah tangga mengandung 65 persen sampah organik. Jumlah tersebut akan bertambah menjadi 85 persen jika ada acara besar dilaksanakan di desa.

Ulat-ulat yang dibudidayakan memakan sampah-sampah organik masyarakat sekitar, jadi budidaya ulat maggot bisa mengatasi permasalahan sampah organik.

Selain itu, ulat maggot dapat dijadikan pakan ternak alternatif ramah lingkungan yang bernilai jual. Jadi, tidak hanya menjadi solusi pengelolaan sampah organik, budidaya ulat maggot juga dapat bernilai ekonomi.

Perwakilan PT Sorini Agro Asia Corporindo (Cargill), Gilang Muzammil, mengatakan bahwa budidaya maggot memiliki potensi yang sangat luar biasa. Sampah domestik dan organik yang dihasilkan oleh rumah tangga akan tidak terbuang sia-sia.

“Ibarat kalau ada kelapa, (kelapa tersebut) masih bisa diperas terus dan bisa menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi. Sampah organik dimakan maggot, maggot dijadikan pakan ternak, pakan ternak dijual, seperti itu terus siklus berputar sehingga ada perputaran ekonomi di lingkungan sekitar. Jika ekonomi sudah berjalan, masyarakat bisa berdaya,” ucapnya.

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar