Digunakan Oleh Jutaan Umat Sedunia, Sumur Zamzam Akan Kering?
GELUMPAI.ID – Setelah hampir 4.000 tahun disedot oleh warga Makkah serta jemaah haji, air zamzam tidak pernah habis. Diperkirakan air Zamzam muncul pada tahun 1910 SM, ketika kedatangan Ismail ke Makkah .
Sumur Zamzam yang menjadi asal air Zamzam berasal dari zaman Ismail Ibn Ibrahim SAW. Secara Ajaib, sumur tersebut mengeluarkan air ketika putra Ibrahim, Ismail, merasa kehausan dan menangis di Padang Pasir bersama ibunya, Siti Hajar.
Sumur ini terletak di sebelah timur Ka’bah atau sekitar 21 meter dari halaman Masjid Al-Haram. Air ini menjadi sumber utama pasokan air di wilayah Mekah dan sekitarnya. Selain itu, buruan utama jemaah haji dan umroh dari seluruh dunia setiap tahun.
Seorang profesor geologi dan sumber daya air di Institut Penelitian Afrika, Abbas Sharaqi, menyebut air Zamzam di Mekah itu merupakan “air terbarukan”.
“Sumber airnya berasal dari hujan di Mekah. Mekah adalah daerah pegunungan dan salah satu lembahnya adalah lembah Ibrahim yang menampung sumur Zamzam di daerah dataran rendah,” katanya.
Sharaqi mengatakan, terdapat endapan di sungai sepanjang 14 meter yang disebabkan oleh air hujan di pegunungan. Air ini kemudian turun ke dataran rendah dan berubah menjadi sedimen. Proses tersebut membutuhkan waktu jutaan tahun untuk membuat sumur Zamzam sedalam 14 meter.
Kemudian pada bagian paling bawah sumur terdapat bebatuan yang mengumpul sehingga membuat sumur tersebut memiliki kedalaman total 35 meter yang terdiri dari sedimen 14 meter dan batuan dalam 21 meter. Air Zamzam dapat terus ada berkat curah hujan dan proses penyimpanan yang memperbarui sumur ini.
Sebagai informasi, air yang berasal dari di sumur Zamzam hanya digunakan sebagai air minum jamaah haji dan tidak digunakan untuk pertanian. Dengan demikian, kemungkinan air Zamzam mengering sangat bergantung pada iklim di wilayah Arab Saudi.
“Sumur zamzam telah digunakan selama lebih dari 4.000 tahun, ini membuat kami berpikir bahwa jika tidak ada hujan di Arab Saudi, airnya akan habis. Namun, mengingat kondisi iklim yang stabil dan tidak berubah, sumur dapat terus berjalan apa adanya,” jelasnya.
Pusat Studi dan Penelitian Zamzam Saudi Geological Survey, menjelaskan nama Zamzam yang berasal dari frasa Zome Zome, yang artinya ‘berhenti mengalir’. Frasa ini merupakan perintah yang diulangi oleh Hajar ketika berupaya untuk menahan mata air yang terus mengalir saat itu.
Dilansir dari Arabnews, sejarawan dan para ilmuwan percaya air Zamzam aman untuk dikonsumsi manusia. Pihak yang bertanggung jawab memastikan air Zamzam memenuhi standar internasional tertinggi untuk air minum adalah Presidensi Umum Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Lembaga ini mengecek 100 sampel secara acak yang diambil setiap hari dan diuji kemurnian mikrobiologis serta kimianya di laboratorium yang berada di dalam Masjidil Haram.
Perubahan sumur Zamzam
Di beberapa titik selama era Ottoman, sumur Zamzam ditutup di dalam sebuah bangunan. Kemudian selama berabad-abad, lokasi ini mengalami banyak perubahan.
Pada 1964, lokasi ini dibongkar ketika Mataf harus diperluas untuk keamanan dan kenyamanan jamaah haji yang jumlahnya semakin meningkat setiap tahunnya.
Sumur Zamzam juga sempat ditutup dan lubangnya diposisikan ulang di dalam ruang bawah tanah sedalam 2,5 meter. Saat ini, pompa listriknya dapat menyedot hingga 18,5 liter air per detik.
Proyek Air Zamzam Raja Abdullah
Pada 2013, Proyek Air Zamzam Raja Abdullah bin Abdulaziz (KPZW) digelar dengan anggaran US$187 juta atau sekitar Rp2,7 triliun dengan tujuan merevolusi cara pengambilan, ekstraksi, pemantauan, pengolahan, dan distribusi air zamzam.
Dalam proyek ini, air dipompa melalui pipa baja tahan karat bawah tanah ke pabrik KPZW di Kudai yang berada lima kilometer di selatan Masjidil Haram.
Di sana, air dimurnikan dan disterilkan, menggunakan filter serta sinar ultraviolet. Seluruh operasi dikendalikan dan dipantau di ruang kontrol pusat berteknologi tinggi.
Kemudian setelah pengolahan, air dipindahkan ke salah satu dari dua reservoir penyimpanan.
Yang pertama, di Kudai, dengan kapasitas 10 ribu meter kubik dan memasok air melalui pipa ke kran air minum di Masjidil Haram di Makkah.
Dari Kudai, armada truk tangki mengangkut hingga 400 ribu liter sehari ke Waduk Raja Abdulaziz Sabeel di Madinah, yang memiliki kapasitas 16 ribu meter kubik dan memasok air ke Masjid Nabawi.