GELUMPAI.ID — Ketegangan di Garis Kontrol (LoC) antara India dan Pakistan kembali memanas. Serangan di Pahalgam memicu baku tembak, menewaskan 16 warga di sisi India dan 40 di sisi Pakistan.
Homes warga hancur akibat hujan peluru. Warga terpaksa berlindung di bunker, kehilangan ternak dan mata pencaharian.
Anam Zakaria, penulis asal Pakistan, menggambarkan penderitaan warga LoC. “Mereka jadi korban kemauan India dan Pakistan, hidup dalam kerentanan,” katanya.

LoC, sepanjang 740 km, memisahkan Kashmir yang diklaim kedua negara. Perbatasan ini termasuk salah satu yang paling militerisasi di dunia.
Pelanggaran gencatan senjata bervariasi, dari tembakan ringan hingga serangan besar. Konflik kerap dipicu provokasi lokal.
Happymon Jacob, pakar kebijakan luar negeri, menyebut LoC sebagai perbatasan berdarah. “Ini garis yang dibentuk konflik, tanpa mempedulikan warga Kashmir,” ujarnya.
Menurut laporan dari BBC, eskalasi ini mengakhiri empat tahun ketenangan sejak gencatan senjata 2021. Ribuan warga terlantar akibat baku tembak.
India menangguhkan Perjanjian Indus Waters menyusul serangan. Pakistan mengancam keluar dari Perjanjian Simla 1972, meski belum terealisasi.
Surya Valliappan Krishna dari Carnegie India menyoroti pentingnya Simla. “Perjanjian ini dasar LoC yang disepakati kedua pihak,” tuturnya.
Pelanggaran gencatan senjata sering dipicu dinamika militer lokal. Komandan lapangan kerap bertindak tanpa persetujuan pusat.

Pakistan dituding memfasilitasi infiltrasi militan ke Kashmir India. Sebaliknya, Pakistan menuduh India menyerang warga sipil tanpa alasan.
Usulan menjadikan LoC sebagai perbatasan resmi pernah muncul. Namun, ide ini dianggap mustahil oleh banyak pakar.
Sumantra Bose, profesor politik, menyebut usulan itu tidak realistis. “Pakistan tak akan menerima LoC sebagai solusi akhir Kashmir,” katanya.
Bose menyarankan LoC diubah menjadi perbatasan lunak. Ini harus jadi bagian dari penyelesaian Kashmir yang lebih luas.
Antara 2004 dan 2007, India-Pakistan sempat membahas LoC sebagai perbatasan lunak. Proses perdamaian itu akhirnya gagal.