GELUMPAI.ID — Balapan F1 musim 2025 mulai mengundang kekhawatiran. Bukan karena dramanya, tapi karena kurangnya aksi salip-menyalip yang bikin banyak pihak geleng kepala.
GP Jepang jadi puncak kekhawatiran itu. Dari 53 lap, hanya tercatat 15 aksi overtaking sepanjang balapan.
Sebanyak 11 dari 20 pembalap finis di posisi yang sama dengan saat start.
Lewis Hamilton jadi satu-satunya pembalap di 10 besar yang berhasil naik posisi—melewati Isack Hadjar di Lap 6.
Max Verstappen tetap tampil brilian dan sukses mempertahankan tekanan dari dua McLaren untuk meraih kemenangan perdananya musim ini.
Namun, statistik menunjukkan sinyal bahaya: di empat balapan awal, termasuk sprint di China, semua pemenang start dari pole position.
Kepala tim Ferrari, Fred Vasseur, bahkan menyebut bahwa kejuaraan kali ini bisa saja ditentukan dari hasil kualifikasi.
“Yang pasti, kualifikasi selalu krusial dalam performa,” ujar Vasseur.
“Semakin kecil gap antar mobil, semakin penting posisi start itu… karena kamu akan berada di rombongan mobil.”
“Bukan cuma duel dengan satu orang di depanmu. Ya, mungkin ini akan jadi kejuaraan ‘quali’,” tegasnya.
Bos McLaren, Andrea Stella, ikut angkat suara. Menurutnya, regulasi saat ini tidak memudahkan pembalap untuk saling susul.
“Kita terus menambah downforce ke mobil, yang berarti turbulensi di belakang semakin besar, jadi udara kotor jadi masalah,” jelas Stella.
“Bahkan di China, kita lihat Hamilton bisa melakukan apa pun saat memimpin sprint, meski bannya sudah rusak. Pimpinan balapan punya keuntungan besar.”
“Padahal generasi mobil ini didesain agar bisa saling mengikuti lebih baik. Tapi sekarang aerodinamikanya sudah terlalu tinggi lagi, begitu ngikutin mobil depan, langsung kehilangan performa.”
Beberapa pembalap terang-terangan bilang mereka bosan.
“Itu dari awal sampai akhir full throttle, tapi kecepatannya terlalu mirip buat ngelakuin sesuatu,” ujar Lando Norris.
“Max balapan dengan baik, tanpa kesalahan, dan pada akhirnya semua tergantung dari posisi start.”
Oscar Piastri juga merasa frustrasi.