Internasional

Fakta Kelam di Sudan: Perempuan Dijadikan Budak Seks, RSF Dituduh Lakukan Kejahatan Perang

GELUMPAI.ID – Human Rights Watch (HRW) kembali mengungkapkan sisi gelap perang di Sudan. Dalam laporan terbaru yang dirilis pada Senin, kelompok pejuang Rapid Support Forces (RSF) dan milisi sekutunya dituduh melakukan pemerkosaan berulang terhadap perempuan dari Negara Bagian Kordofan Selatan. Bahkan, beberapa korban dijadikan budak seks.

RSF hingga kini belum merespons permintaan komentar terkait laporan ini. Sebelumnya, kelompok tersebut kerap membantah tuduhan kekejaman sistematis selama perang yang telah berlangsung 20 bulan melawan tentara Sudan. Perang ini telah menghancurkan negara dan memaksa lebih dari 12 juta orang mengungsi.

HRW, sebuah organisasi berbasis di New York, mendokumentasikan 79 kasus pemerkosaan terhadap perempuan dan anak perempuan, bahkan beberapa korban berusia semuda tujuh tahun. Dalam wawancara dengan tujuh penyintas, salah satu korban mengaku pernah ditahan bersama 50 perempuan lainnya dan mengalami pemerkosaan berulang selama tiga bulan.

Laporan tersebut juga menyebut para pelaku menargetkan perempuan dari kelompok etnis Nuba di wilayah terpencil dekat perbatasan Sudan Selatan. Human Rights Watch menegaskan bahwa serangan ini merupakan kejahatan perang.

Belkis Wille, Direktur Krisis dan Konflik di Human Rights Watch, menjelaskan dalam laporan itu, “Para penyintas menggambarkan pengalaman mereka diperkosa secara beramai-ramai, di depan keluarga mereka atau dalam waktu yang lama, termasuk saat ditahan sebagai budak seks oleh pejuang RSF.”

Para perempuan yang mencoba melarikan diri dilaporkan dirantai bersama dan dikurung dalam “tempat seperti kandang dengan kabel dan cabang pohon”, seperti dikutip dari laporan tersebut.

Tuduhan Lama yang Terus Berulang

Sebagian besar serangan ini dilaporkan terjadi sejak RSF melancarkan serangan ke kota Habila dan pemukiman lain pada 31 Desember 2023.

Wilayah ini sebagian besar dikuasai oleh tentara Sudan dan SPLM-N, kelompok pemberontak yang mayoritas anggotanya berasal dari etnis Nuba. Kedua kelompok tersebut telah bertikai selama bertahun-tahun demi memperebutkan kendali wilayah.

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar