Bola Olahraga

Gagal ke Liga Champions, Manchester United Terancam Denda Rp195 Miliar dari Adidas

Manchester United (MU) kembali menelan pil pahit setelah kegagalan mereka meraih gelar Liga Europa musim ini. (cr/manutd.com)
Table of Contents+

    GELUMPAI.ID – Manchester United (MU) kembali menelan pil pahit setelah kegagalan mereka meraih gelar Liga Europa musim ini. Kekalahan di final tidak hanya membuat Setan Merah puasa gelar dan kehilangan tiket Liga Champions, tetapi juga berpotensi membebani finansial klub dengan denda sekitar £10 juta (sekitar Rp195 miliar) dari sponsor apparel mereka, Adidas.

    Klausul dalam kesepakatan antara MU dan produsen asal Jerman itu menyebutkan bahwa Manchester United tidak boleh absen dari kompetisi Liga Champions selama dua tahun berturut-turut. Dengan hasil buruk di Liga Premier musim ini dan kekalahan di final Liga Europa, MU dipastikan akan absen dari kompetisi elite Eropa tersebut untuk musim depan.

    Ini menjadi pukulan finansial berlipat bagi Manchester Merah. Selain kehilangan pendapatan besar dari partisipasi di Liga Champions, mereka kini harus merogoh kocek dalam-dalam untuk membayar denda kepada Adidas. Sebuah indikasi bahwa daya tarik komersial klub yang selama ini digdaya mulai memudar.

    Sejak era pasca-Sir Alex Ferguson, MU memang mengalami penurunan performa dan frekuensi trofi. Namun, hanya sekali mereka absen dari kompetisi Eropa sama sekali, yakni pada musim 2014/2015. Musim depan, kondisi serupa akan terulang.

    Meskipun performa tim menurun, Manchester United secara historis tetap menjadi merek global yang kuat dan mampu menarik banyak mitra komersial. Namun, kegagalan ini dikhawatirkan akan mengikis daya tarik tersebut. Kontrak sponsor perlengkapan latihan dengan Tezos akan berakhir musim panas ini, dan belum ada pengumuman mengenai pengganti. Ini berarti satu lagi sumber pendapatan yang hilang bagi klub.

    Menjauh di Klasemen Kejuaraan Hingga Dapat Penalti, Ralf Schumacher: McLaren Harus Segera Benahi Strategi Balap

    Seorang petinggi klub, yang identitasnya dirahasiakan, menyampaikan kekhawatiran kepada BBC bahwa pendapatan sponsor bisa ambruk. “Tidak menjadi tim Eropa menciptakan masalah yang lebih eksistensial seputar seluruh model (bisnis klub). Ini tidak sehat, dan orang-orang mulai mempertanyakan apakah Anda masih ‘klub besar’,” ujarnya.

    “Tetapi menang, akan menjaga roda berputar. Uang tunai akan menjadi ‘urat nadi’ yang memungkinkan mereka untuk terus berdagang. Jika tidak, mereka harus mempertimbangkan untuk menjual talenta homegrown seperti Alejandro Garnacho dan Kobbie Mainoo untuk mendapatkan dana yang mereka inginkan,” tambahnya.

    Pelatih Ruben Amorim, yang diisukan akan memimpin perombakan skuad, ironisnya pernah menyatakan tidak ingin bermain di Liga Champions dari sudut pandang permainan, bukan finansial. Namun, kenyataan pahit ini kini menjadi dilema besar.

    Amorim sebelumnya juga mengakui bahwa skuadnya belum siap untuk bersaing di Liga Premier dan Liga Champions secara bersamaan. “Kami tahu itu, tetapi kami perlu menang, dan kami perlu berjuang untuk memenangkan kompetisi ini (Liga Europa), untuk memberikan sesuatu kepada penggemar kami, dan untuk pergi ke Liga Champions. Lalu kami akan punya waktu untuk mempersiapkan tim untuk mengatasi dua kompetisi itu. Jadi, ini adalah dilema, tetapi kami ingin menang, tentu saja,” ucapnya beberapa waktu lalu.

    Manchester United sendiri tengah merencanakan perombakan besar-besaran dengan Amorim yang perlu mendatangkan pemain yang cocok dengan sistemnya, sementara beberapa pemain lain akan dilepas. Dalam beberapa pekan terakhir, nama Matheus Cunha dari Wolves dan penyerang Ipswich, Liam Delap, masuk dalam daftar incaran klub.

    Misteri Dua Bendera Kotak-kotak Dikibarkan di Akhir Balapan F1, Ini Penjelasannya

    Meskipun kehilangan pendapatan dari Liga Champions, laporan menyebutkan bahwa klub masih mampu merealisasikan kedua transfer tersebut, yang diperkirakan menelan biaya gabungan lebih dari £90 juta (sekitar Rp1,7 triliun). Selain itu, penguatan di lini sayap dan kemungkinan di lini tengah juga akan menjadi prioritas. Namun, dampak finansial jangka panjang dari absennya di Liga Champions dan denda Adidas akan menjadi tantangan serius bagi manajemen klub.