Gelombang Keracunan Makanan di Afrika Selatan: 23 Anak Tewas dalam Beberapa Bulan
Langkah Pemerintah Menangani Krisis
Untuk mengatasi situasi ini, pemerintah berupaya memperketat regulasi dan pengawasan terhadap toko-toko kecil, atau yang dikenal sebagai spaza shops. Presiden Ramaphosa menyatakan bahwa toko-toko ini akan didaftarkan untuk meminimalisasi peredaran produk berbahaya. Namun, langkah ini dinilai belum mampu memberikan rasa keadilan bagi keluarga yang kehilangan anak-anak mereka.
Dalam kunjungan ke Soweto, Johannesburg, para pejabat menemukan toko-toko yang telah ditutup oleh pihak berwenang. Pemerintah juga mengunjungi keluarga korban untuk menyampaikan belasungkawa. Ramaphosa mencoba meredam amarah publik dengan menegaskan bahwa produk berbahaya ini juga dijual di toko-toko milik warga lokal, bukan hanya toko yang dikelola oleh imigran.
Duka yang Tak Terkira
Bagi keluarga yang kehilangan anak, tragedi ini meninggalkan luka mendalam. “Anak-anak ini berteman dan berbagi segalanya, termasuk makanan ringan. Mereka tidak tahu bahwa yang mereka makan mengandung racun,” ujar Triphina Msimango, salah satu keluarga korban, seperti dikutip dari South African Broadcasting Corporation.
Keracunan makanan di Afrika Selatan bukan sekadar masalah keamanan pangan, tetapi juga mencerminkan tantangan besar dalam pengelolaan kota, regulasi bisnis kecil, dan pengawasan produk. Kasus ini menjadi pengingat bahwa upaya bersama dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk melindungi masyarakat, khususnya anak-anak, dari bahaya serupa di masa depan.
Sumber: CNBC Indonesia
Tinggalkan Komentar