Genap Setahun Banjir Bandang, HMI MPO Pertanyakan Manajemen Pemulihan Pemkot Serang
GELUMPAI.ID – Terhitung dari tanggal terjadinya bencana Banjir Bandang di Kota Serang, hari ini telah genap satu tahun peristiwa langka itu terjadi.
Banjir Bandang yang diakibatkan oleh hujan dengan intensitas tinggi dalam semalam itu berhasil membuat Bendungan Sindangheula menumpahkan air yang ditampungnya ke Sungai Cibanten ke pemukiman Kasemen, Kota Serang.
Setahun sudah berlalu pasca-banjir bandang terjadi. Meski demikian, kinerja dari pihak-pihak terkait dalam melakukan pemulihan pasca-bencana dan pencegahan kembali terjadinya banjir bandang, dinilai tidak maksimal.
Pasalnya, masih ada penyintas banjir bandang yang belum mendapat bantuan meski telah setahun, dan Sungai Cibanten yang tak kunjung dinormalisasi.
Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Umum HMI MPO Cabang Serang, Ega Mahendra. Ega mengatakan, banjir bandang 1 Maret 2022 masih menyisakan rasa sedih kepada para penyintas yang terdampak.
Bahkan menurutnya, trauma akan banjir bandang hingga saat ini masih melekat pada diri para penyintas.
“Apalagi saat ini Kota Serang dan sekitarnya masih sering diguyur hujan semalaman. Tentu hal ini membuat trauma para penyintas kembali muncul. Mereka akan khawatir kembali terjadi banjir seperti tahun lalu,” ujarnya kepada awak media.
Ia menuturkan bahwa seharusnya, pemerintah hadir untuk mencegah kembalinya trauma para penyintas.
Kehadiran pemerintah dengan memastikan bahwa pencegahan terjadinya banjir bandang seperti tahun lalu, sudah dilakukan.
“Tapi sampai sekarang, bagaimana progres pencegahan agar tidak kembali terulang? Saya ingin mempertanyakan ini kepada BBWSC3, Pemprov Banten dan Pemkot Serang terkait mitigasi bencananya. Apa langkah yang sudah dilakukan oleh kalian untuk mencegah kembali terulangnya banjir bandang? Itu yang hingga saat ini belum terlihat,” tuturnya.
Menurutnya, pemerintah tidak menjadikan peristiwa banjir bandang itu sebagai bahan evaluasi, untuk mencegah peristiwa kembali terulang, dan melakukan perbaikan terhadap berbagai hal yang seharusnya dapat diperbaiki.
“Bencana kemarin harusnya menjadi bahan evaluasi untuk melakukan pembenahan. Pemerintah daerah maupun BBWSC3 jika mengaca pada peristiwa itu, seharusnya terbesit untuk menyusun program yang relevan untuk melakukan pencegahan,” jelas dia.
Ega juga mempertanyakan manajemen pemulihan pasca-bencana, yang dilakukan oleh Pemkot Serang.
Menurutnya, pemulihan pasca-bencana tidak bisa dilakukan hanya dalam beberapa bulan saja, karena manajemen pemulihan yang benar, memiliki target agar seluruh penyintas pulih, fisik maupun non-fisik.
“Tidak mungkin dalam melakukan pemulihan itu cukup hanya sebulan atau dua bulan. Karena targetnya adalah semua kembali pulih, secara fisik, batin, bahkan ekonominya. Tapi kan ini sudah satu tahun, kami lihat pemerintah puas hanya dalam beberapa bulan saja, seolah-olah semua sudah kembali pulih,” katanya.
Padahal, Ega menuturkan bahwa dari informasi yang pihaknya terima, masih ada beberapa penyintas banjir bandang yang tidak mendapatkan bantuan, bahkan pasca-setahun banjir bandang terjadi. Salah satunya yang saat ini pihaknya tengah dampingi.
“Memang mereka yang tidak mendapat bantuan dalihnya karena tinggal di tanah negara dan lain sebagainya. Lalu mereka tidak mendapatkan bantuan. Akhirnya saat ini, mereka kembali menempati tanah negara, yang taruhannya juga nyawa mereka karena berbahaya. Lalu yang kami dampingi, tidak berada di tanah negara, tapi tetap saja tidak mendapatkan bantuan,” tuturnya.
Oleh karena itu, pihaknya mendesak kepada Pemkot Serang agar dapat serius melakukan pemulihan pasca-banjir bandang, dan melakukan mitigasi bencana dengan mendorong BBWSC3 untuk segera melakukan normalisasi Cibanten.
“Kami juga mendorong agar Pemkot Serang segera mencari solusi bagi mereka yang terpaksa tinggal di tanah negara. Mereka sudah pasti bukan karena mau, tapi karena terpaksa. Pemerintah harus hadir mencarikan solusi. Begitu juga dengan mereka yang memiliki alas hak rumah mereka, namun tidak mendapatkan bantuan,” tandasnya.
Tinggalkan Komentar