GELUMPAI.ID — Harga daging di Indonesia berpotensi turun drastis jika kuota impor dihapuskan.
Hal ini disampaikan oleh Asosiasi Pengusaha dan Pengolahan Daging Indonesia (APPDI) yang menilai kebijakan pemerintah membuka keran impor bisa menciptakan iklim pasar yang lebih kompetitif.
“Yang penting dibuka lebih dulu. Dalam iklim pasar yang terbuka, ada persaingan yang sehat,” kata Direktur Eksekutif APPDI, Teguh Boediyana, Kamis, 10 April 2025.
Teguh tak memberikan angka pasti soal besaran penurunan harga. Namun, ia menekankan bahwa harga daging sangat bergantung pada ketersediaan pasokan dan mekanisme pasar yang berjalan.
“Bila pasokan banyak dan terjadi proses persaingan yang sehat, maka akan terbentuk harga yang baik dari segi konsumen,” ucapnya lugas.
Menurutnya, bila kuota impor benar-benar dicabut, harga daging di Indonesia bisa menyamai harga di Malaysia.
Ia menyebutkan, di Malaysia harga daging berada di kisaran 15–16 ringgit atau sekitar Rp56.000–Rp60.000.
Sementara saat ini di Indonesia, harga daging masih berada di angka Rp85.000 hingga Rp100.000 per kilogram.
Langkah pemerintah untuk menghapus kuota impor ini pertama kali diungkap Presiden Prabowo Subianto.
Dalam acara Sarasehan Ekonomi di Menara Mandiri, Jakarta, Selasa, 8 April 2025, Prabowo menyampaikan keinginannya untuk membuka peluang impor selebar-lebarnya.
“Siapa yang mampu, siapa yang mau impor, silakan, bebas,” ujarnya.
Menurut Prabowo, pembatasan kuota selama ini justru menghambat kelancaran distribusi barang dan menyulitkan pelaku usaha.
Ia juga menyinggung praktik penunjukan perusahaan tertentu dalam distribusi impor yang dinilainya tak adil.
“Mau impor apa, silahkan buka saja. Rakyat kita juga pandai kok, iya kan. Bikin kuota-kuota, abis itu perusahaan A, B, C, D yang hanya ditunjuk. Hanya dia boleh impor. Enak saja,” tegasnya.
Kebijakan ini menjadi sinyal kuat bagi perubahan drastis dalam sistem impor bahan pangan strategis di Indonesia.
Jika diterapkan, masyarakat berpotensi menikmati harga daging yang lebih terjangkau, sekaligus membuka persaingan usaha yang lebih sehat.