Internasional

‘Hidup Sehari-Hari Tanpa Makanan’: Kisah Kelaparan di Gaza yang Membuat Hati Tersayat

Selain itu, warga Gaza juga harus menghadapi kenyataan pahit lainnya: harga bahan makanan melonjak tinggi. Alaa al-Batniji, seorang ayah dari empat anak, menceritakan pengalamannya berbelanja di pasar lokal. “Harga sangat gila. Dulu kami membeli sayuran per kilo, sekarang cuma per buah dengan harga yang sangat mahal. Dua bawang saja sekarang harganya sekitar 32 shekel (sekitar $9),” ujarnya. Ia bahkan menggambarkan bahwa barang-barang seperti bawang dan garam kini sudah menjadi barang mewah di Gaza.

Kisah-kisah memilukan ini menjadi gambaran dari penderitaan yang dialami oleh rakyat Gaza. Seperti yang diungkapkan oleh Karima al-Batsh, seorang ibu yang kehilangan suaminya dalam serangan udara Israel, “Setiap hari kami berlomba-lomba untuk mendapatkan roti. Kami bahkan rela mempertaruhkan nyawa demi sepotong roti.” Tak jarang, tragedi pun terjadi di tengah antrian panjang ini, seperti yang terjadi di Deir el-Balah minggu lalu, ketika tiga wanita meninggal karena terinjak-injak dalam kerumunan yang berebut roti.

Dalam situasi seperti ini, hidup tanpa makanan sehari-hari menjadi kenyataan pahit yang harus diterima. Fadia Wadi, seorang ibu dengan sembilan anak, bahkan terpaksa menggunakan tepung yang sudah terkontaminasi dengan cacing dan kutu untuk membuat roti bagi keluarganya. “Tepung ini sudah rusak dan penuh dengan serangga, tapi apa pilihan saya? Tepung sudah sangat langka dan sangat mahal,” ujarnya.

Sementara itu, warga Gaza yang masih berharap pada bantuan internasional merasa semakin putus asa. Banyak yang merasa kesulitan untuk mendapatkan makanan, minuman, dan kebutuhan dasar lainnya. “Hidup seperti ini sudah tak bisa diterima lagi. Kami hidup dalam kelaparan, kedinginan, dan kehancuran. Hanya kepada Tuhan kami berserah,” kata Mohammed Abu Rami.

Dalam kondisi yang semakin parah ini, warga Gaza berharap ada solusi yang segera datang untuk menghentikan penderitaan mereka. “Kami sudah tidak tahan lagi. Kami hidup dalam kelaparan yang luar biasa. Berhentikan perang ini, biarkan kami mendapatkan makanan,” pinta Mohammed Dardouna, seorang ayah dari delapan anak yang kini hidup di bawah ancaman kelaparan dan kekurangan gizi.

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar