Entrepreneur

Hindari Investasi Bodong Waralaba dengan Tips Ini

GELUMPAI.ID — Bisnis waralaba kini jadi pilihan banyak orang yang ingin terjun ke dunia usaha. Namun, sebelum memutuskan untuk berinvestasi, calon pengusaha diminta untuk berhati-hati agar tidak terjebak dalam investasi bodong.

Direktur Bidang Usaha Perdagangan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag), Septo Soepriyatno, menekankan pentingnya mempertimbangkan segala aspek dengan cermat sebelum memulai bisnis waralaba.

“Penting bagi calon pengusaha untuk mengikuti prinsip legal dan logis, yaitu ‘L dan L’,” ujar Septo saat membuka Pameran Nasional Roadshow Info Franchise & Business Concept 2024 di ICE BSD Tangerang, Banten, Jumat (8/11/2024). Ia menjelaskan bahwa pemilihan waralaba yang tepat harus memperhatikan legalitas dan kejelasan bisnis tersebut.

Septo mengingatkan, calon pengusaha sebaiknya memilih waralaba dari perusahaan yang terdaftar dan memiliki izin resmi berupa Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (SPTW).

Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 35 Tahun 2024 tentang Waralaba.

“Banyak penawaran usaha yang mengaku sebagai waralaba tetapi tidak memiliki SPTW. Ini sangat dilarang,” tegas Septo.

Selain itu, calon pengusaha juga diingatkan untuk tidak terburu-buru mengeluarkan uang untuk membuka franchise hanya karena tergiur promosi berlebihan.

“Cermati jenis usaha atau peluang bisnis yang ditawarkan dengan skema yang jelas agar terhindar dari risiko investasi bodong,” tambahnya.

Untuk membantu masyarakat yang tertarik memulai bisnis waralaba, Kemendag membuka ruang konsultasi di stand Pameran Nasional Roadshow Info Franchise & Business Concept 2024.

Dalam kesempatan tersebut, Septo juga mengungkapkan tren pertumbuhan bisnis waralaba di Indonesia. Berdasarkan data Kemendag, sejak 2020 bisnis waralaba mengalami pertumbuhan stabil sebesar 5 persen. Sampai Oktober 2024, tercatat ada 154 pemberi waralaba dalam negeri dan 146 pemberi waralaba luar negeri di Indonesia.

Bisnis food and beverage mendominasi pasar waralaba dengan 48,05 persen, diikuti oleh jasa kecantikan dan kesehatan, jasa pendidikan non formal, retail, serta otomotif.

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar