Bisnis & Ekonomi

Impor Barang Konsumsi Turun Tajam, Ekonomi Tersentak!

GELUMPAI.ID — Volume impor barang konsumsi Indonesia pada Februari 2025 mengalami penurunan tajam menjelang Ramadan dan Lebaran.

Impor barang konsumsi tercatat hanya sebesar US$ 1,47 miliar, turun 10,61% dibandingkan Januari 2025 yang sebesar US$ 1,64 miliar.

Angka ini juga merosot 21,05% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu US$ 1,86 miliar.

Penurunan impor ini menunjukkan tanda-tanda lemahnya daya beli masyarakat. Bhima Yudhistira, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), menjelaskan bahwa penurunan impor barang konsumsi sejalan dengan deflasi bahan makanan yang tercatat -0,7% secara bulanan pada Februari 2025.

“Artinya terkonfirmasi bahwa daya beli masyarakat sedang rendah sehingga permintaan impor turun, harga makanan minuman juga turun,” ungkap Bhima, Jumat (17/3/2025).

Kondisi ini dianggap sebagai anomali, terutama menjelang Lebaran.

“Pada 2024, impor barang konsumsi justru mengalami kenaikan, baik secara bulanan maupun tahunan. Ini anomali yang sebelumnya tidak pernah terjadi,” tambah Bhima.

Penurunan impor barang konsumsi yang justru terjadi di tengah kebijakan yang mendukung impor, seperti dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 8 Tahun 2024, menambah keanehan. Bhima menegaskan bahwa ini adalah tanda bahwa risiko resesi ekonomi semakin tinggi.

Esther Sri Astuti, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), sepakat dengan pandangan Bhima. Ia menilai penurunan impor barang konsumsi adalah indikasi daya beli yang lemah, yang disebabkan oleh penurunan pendapatan riil masyarakat akibat PHK massal di berbagai sektor usaha.

“Perlu diwaspadai, karena dampak PHK besar-besaran melemahkan daya beli masyarakat,” ujar Esther.

Ia juga menyarankan agar pemerintah segera mengeluarkan kebijakan ekonomi ekspansif, baik dari sisi fiskal maupun moneter, untuk mencegah penurunan lebih lanjut dalam pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan catatan BPS, beberapa barang konsumsi yang mengalami penurunan signifikan termasuk buah-buahan, yang turun dari US$ 175,4 juta pada Januari 2025 menjadi US$ 114,5 juta di Februari 2025. Begitu juga dengan daging hewan dan serealia, yang masing-masing turun drastis.

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar