Israel Diduga Ada di Balik Kejatuhan Presiden Suriah, Benarkah?
GELUMPAI.ID – Setelah 24 tahun berkuasa, Presiden Suriah Bashar Al Assad akhirnya jatuh dari kekuasaannya. Kejatuhan ini terjadi setelah milisi Hayat Tahrir Al Sham (HTS) berhasil merebut ibu kota Damaskus, yang memaksa Al Assad melarikan diri ke Rusia pada Minggu (8/12). Meski begitu, banyak yang menduga ada campur tangan pihak luar, khususnya Israel, dalam penggulingan ini.
Dilansir dari CNN Indonesia, kelompok milisi HTS, yang sejak awal menentang rezim Al Assad, dikatakan mendapat keuntungan besar dari serangan-serangan intensif yang dilancarkan oleh Israel terhadap posisi-posisi milisi yang berafiliasi dengan Iran. Serangan ini, menurut Yon Machmudi, Guru Besar Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia, melemahkan posisi dukungan Iran terhadap Al Assad. “HTS diuntungkan oleh serangan-serangan Israel terhadap pos-pos milisi yang berafiliasi dengan Iran, termasuk beberapa Garda Iran, Al Quds,” ujar Yon.
Terkait dengan Israel?
Kendati banyak yang mengaitkan serangan Israel dengan penggulingan Al Assad, Yon menegaskan bahwa belum ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa Israel secara sengaja mendalangi penggulingan ini. “HTS tidak punya hubungan dengan Israel, karena belum ada bukti keduanya berkomunikasi terkait penggulingan sang Presiden,” katanya. Menurut Yon, situasi ini lebih merupakan efek domino dari perang yang terjadi di Timur Tengah, seperti perang Rusia vs Ukraina dan Israel vs Palestina.
Selain itu, Rusia yang selama ini menjadi sekutu utama Suriah, kini sudah tidak dapat memberikan dukungan maksimal terhadap Al Assad karena keterlibatannya dalam perang dengan Ukraina. Hal ini justru menguntungkan kelompok oposisi seperti HTS dan Israel sendiri.
Implikasi di Masa Depan
Sya’roni Rofii, pengamat studi Timur Tengah dari Universitas Indonesia, menilai kejatuhan pemerintahan Al Assad memiliki dampak jangka panjang bagi hubungan Suriah dengan negara-negara besar. Meski tidak bisa dipastikan secara langsung, ia mengatakan bahwa bantul politik Suriah akan berubah, termasuk soal hubungan dengan Iran dan Rusia. Namun, soal kemungkinan Suriah membuka hubungan dengan Israel, ia mengatakan itu tergantung pada kekuatan eksternal yang ada di belakangnya.
Tinggalkan Komentar