Internasional

Jatuhnya Rezim Assad: Dari Kematian Sang Ayah Hingga Kejatuhan Sang Putra

GELUMPAI.ID – Momen dramatis dan bersejarah yang terjadi di Syria minggu ini mengingatkan kita pada teror yang telah dialami negara ini dalam beberapa dekade terakhir. Kami hadir di beberapa momen penting dalam sejarah terbaru mereka:

Juni 2000

Pemakaman Hafez al-Assad, ayah dari Bashar al-Assad. Perpisahan yang berlangsung lebih tenang dan terhormat daripada pelarian putranya minggu ini. Selama 30 tahun, Hafez memerintah Syria dengan kekuasaan yang keras. Ia menstabilkan negara yang penuh kericuhan politik dengan cara brutal, menumpas pemberontakan Islamis dan mereka yang terjebak dalam pertempuran di kota Hama, membunuh sekitar 40.000 orang di sana.

Pemakaman negara yang disaksikan termasuk oleh Menteri Luar Negeri Madeline Albright saat itu, adalah sebuah momen yang sangat diatur dengan baik, sampai ada satu orang yang berkata kepada kami, “Semua orang mencintainya.” Saya menutup laporan dengan berkata, “Warisan beliau akan hidup… untuk baik atau buruk.” Minggu ini, warisannya dihancurkan, makamnya dibakar oleh pemberontak di kota kelahirannya.

Juni 2012

Hanya sebelas tahun setelahnya, muncul pemberontakan. Ini adalah salah satu cabang dari revolusi Arab Spring 2011 yang terjadi di seluruh Timur Tengah. Bashar Al-Assad menjadi sasaran. Rezimnya berubah dari menggunakan polisi untuk menanggulangi demonstrasi damai, hingga menggunakan militer untuk mengebom kubu pemberontak, menahan dan menyiksa yang dianggap musuh.

Kami datang ke Syria pada 2012, menjadi salah satu tim media Barat yang ada saat itu. Kami melihat kota Homs yang hancur, sebuah kota yang kini mudah dilalui oleh pemberontak. Saat kami menyaksikan serangan udara dan ledakan artileri terhadap kota itu, saya berkata, “Kalian sedang melihat sebuah negara yang berperang dengan dirinya sendiri.”

Kami berjalan di jalanan yang rusak, tempat jurnalis Amerika Marie Colvin dari The London Times terbunuh tahun itu. Kami menghindari serangan udara dekat klinik medis dan sempat ditahan di pos pemeriksaan milisi pemerintah. Kamera kami sempat disita. Kekerasan mematikan terjadi di berbagai wilayah, salah satunya menargetkan stasiun TV negara dan persimpangan sibuk di pusat Damaskus.

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar