Bisnis & Ekonomi

Kabinet Gemuk dan Makan Gratis: APBN di Ambang Tekor?

GELUMPAI.ID – Proyeksi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2025 makin jadi sorotan. Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Fithra Faisal Hastiadi, memprediksi defisit fiskal bisa membengkak hingga Rp 800 triliun—jauh melampaui target 2,53 persen produk domestik bruto (PDB).

“Dengan kondisi saat ini, defisit 2025 mungkin bukan lagi Rp 600 triliun, melainkan hingga Rp 800 triliun,” ungkap Fithra dalam sebuah seminar daring yang disiarkan melalui YouTube RSM Indonesia pada Jumat, 17 Januari 2025.

Fithra menyebut ada dua faktor utama penyebab lonjakan ini: program prioritas makan bergizi gratis yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto dan tambahan anggaran untuk kementerian dalam kabinetnya.

Program Makan Bergizi yang Menyita Anggaran

Menurut perhitungan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), biaya implementasi program makan bergizi gratis ini diperkirakan mencapai Rp 71 triliun di 2025. Jumlah ini bahkan berpotensi membengkak hingga Rp 491,1 triliun seiring implementasi secara nasional. Tantangan logistik dan pendanaan pun turut diungkap OECD dalam laporan mereka.

“Belum lagi logistik pendistribusian makanan di Indonesia yang merupakan wilayah kepulauan besar. Ini menjadi tantangan besar,” tulis laporan tersebut.

Kabinet ‘Gemuk’ Jadi Beban Tambahan?

Tak hanya soal makan gratis, struktur kabinet Prabowo yang disebut ‘gemuk’ dinilai berkontribusi pada potensi pembengkakan anggaran. Kabinet Merah Putih yang dibentuk Oktober 2024 mencakup 48 kementerian, 55 wakil menteri, dan beberapa nomenklatur baru. Jumlah ini lebih banyak dari kabinet Presiden Jokowi yang hanya terdiri dari 34 kementerian.

“Setiap kementerian baru punya kebutuhan anggaran tambahan, yang jelas meningkatkan beban APBN,” kata Fithra.

Beberapa kementerian sudah mengajukan anggaran tambahan, seperti Kementerian Pangan yang meminta Rp 505 miliar untuk swasembada pangan dan Kementerian HAM yang mengusulkan Rp 20 triliun untuk menyelesaikan isu HAM.

APBN Defisit Tapi Dianggap Positif?

Realisasi defisit APBN 2024 tercatat sebesar 2,29 persen dari PDB atau Rp 507,8 triliun. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut angka ini lebih baik dari prediksi. “Defisit ini lebih kecil dari ekspektasi, menunjukkan pengelolaan fiskal yang solid,” ujar Sri Mulyani, 2 Januari 2025.

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar