GELUMPAI.ID – Lingkungan kerja toksik memang bukan hal baru, tapi ada satu tren yang bikin suasana kantor makin nggak sehat: glossing. Apa sih itu? Sederhananya, glossing adalah upaya menutupi masalah di tempat kerja dengan berpura-pura semuanya baik-baik saja. Padahal, di balik layar, banyak hal yang nggak beres.
Fenomena ini semakin marak, terutama di perusahaan yang lebih mementingkan citra positif ketimbang kesejahteraan karyawan. Menurut studi Leadership IQ terhadap 27.048 eksekutif, manajer, dan karyawan, hanya 15 persen dari mereka yang merasa organisasi secara terbuka membahas tantangan yang dihadapi. Sisanya? Dibiarkan menggantung dalam ketidakpastian.
Dampak Buruk Glossing di Kantor
Ketika seorang karyawan mengungkapkan masalah serius tapi atasan malah mengabaikannya atau menanggapinya dengan ‘senyum palsu’, ini bisa bikin karyawan merasa nggak didengar dan nggak dihargai. Akibatnya? Motivasi kerja jeblok, burnout makin cepat datang, dan rasa frustasi pun meningkat.
Menurut Leena Rinne, Global Head of Coaching di Skillsoft, pemimpin perusahaan memegang peran kunci dalam membentuk budaya kerja. Kalau atasan nggak peduli atau malah menormalisasi glossing, jangan heran kalau komunikasi antar tim jadi kaku dan inovasi terhambat. Ujung-ujungnya, makin banyak karyawan yang resign cari tempat kerja lebih sehat.
Gimana Cara Menghindari Glossing?
Penting banget buat perusahaan membangun budaya keterbukaan. Mulai dari mendengarkan keluhan karyawan dengan serius, mendorong transparansi dalam komunikasi, hingga memastikan setiap orang merasa dihargai. Karyawan juga harus berani bersuara dan nggak takut buat speak up kalau merasa ada yang nggak beres.
Jangan sampai glossing bikin tempat kerja jadi ‘toxic paradise’—terlihat oke di luar, tapi berantakan di dalam!
Sumber: Beautynesia
