GELUMPAI.ID — Kekerasan seksual terhadap anak kini berkembang menjadi industri global yang mengerikan, dengan omzet yang mencapai miliaran dolar setiap tahunnya.
Temuan baru dari Childlight Global Child Safety Institute, bekerja sama dengan University of Edinburgh, mengungkapkan betapa luasnya praktik ini dan bagaimana aliran uang terkait terus menggerakkan perdagangan gelap ini.
Laporan tersebut mengungkapkan bahwa pelecehan anak tidak hanya terbatas pada sudut-sudut gelap internet, tetapi juga melibatkan berbagai sistem finansial dan teknologi.
Berdasarkan penelitian terhadap 20 publikasi dari berbagai disiplin ilmu, diketahui bahwa sekitar 3,5% anak-anak di seluruh dunia telah menjadi korban pemerasan seksual, dengan ancaman penyebaran konten seksual jika tuntutan uang tidak dipenuhi.
Ironisnya, lembaga keuangan, perusahaan teknologi, dan platform pembayaran online sering kali secara tidak sadar atau karena kelalaian, menjadi fasilitator bagi aliran uang hasil pelecehan anak. Aliran dana ini banyak yang melalui sistem pembayaran yang sah atau bahkan disamarkan melalui mata uang kripto dan web gelap.
Berkat kerja sama antara Inhope, jaringan hotline global, dan perusahaan teknologi, beberapa materi pelecehan seksual anak telah berhasil dihapus dari platform.
Namun, sistem ini masih kurang diawasi secara memadai oleh regulator dan undang-undang keuangan, yang memungkinkan terjadinya perdagangan yang mengerikan ini.
Beberapa perusahaan bahkan menawarkan layanan untuk membantu korban pemerasan seksual, seperti layanan keamanan siber dan manajemen reputasi, dengan biaya yang sering kali mencapai ribuan dolar. Ini memperburuk kondisi korban yang terpaksa membayar atas kejahatan yang dialami mereka.
Pasar materi pelecehan seksual anak juga sangat menguntungkan, dengan harga satu video pelecehan seksual anak yang dapat mencapai USD 1.200. Dengan perkiraan 300 juta anak yang menjadi korban setiap tahunnya, industri ini diperkirakan menghasilkan pendapatan miliaran dolar setiap tahunnya.