Komitmen $300 Miliar COP29 Dinilai Tak Memadai, Negara Berkembang Kecewa
Juan Carlos Monterrey Gomez, negosiator utama Panama, meluapkan frustrasinya terhadap strategi negara maju yang disebutnya melelahkan negara berkembang hingga menyerah di menit-menit akhir perundingan. “Mereka terus mendorong sampai kita lelah, sampai kita delusi karena kurang tidur dan makan,” tegasnya.
Sementara itu, Nazanine Moshiri, analis senior perubahan iklim di International Crisis Group, menjelaskan bahwa negara kaya menghadapi tekanan ekonomi domestik. “Anggaran ketat, konflik seperti di Gaza dan Ukraina, serta masalah ekonomi lainnya menjadi kendala utama,” ujarnya. Namun, hal ini berlawanan dengan kondisi negara berkembang yang harus menanggung biaya besar akibat bencana yang diperparah perubahan iklim.
Jalan Panjang Menuju Keadilan Iklim
Kesepakatan Paris pada 2015 mewajibkan negara maju untuk mendukung negara rentan. Namun, implementasinya terus menghadapi tantangan. Negara-negara berkembang menyerukan tindakan nyata, bukan sekadar janji kosong.
Dilansir dari Al Jazeera, banyak pihak berharap COP29 dapat menjadi momentum untuk mewujudkan keadilan iklim. Namun, dengan dinamika yang ada, perjuangan ini tampaknya masih memerlukan upaya besar dan kerja sama global yang lebih konkret.
Tinggalkan Komentar