News

KPPI Kota Serang Dorong Jurnalisme Berperspektif Gender

GELUMPAI.ID – Keterlibatan perempuan dalam membawa perubahan di masyarakat dapat dilakukan dari berbagai bidang, salah satunya yakni bidang jurnalistik. Pasalnya, kaum perempuan dapat berpartisipasi aktif dalam kerja-kerja jurnalistik dalam mengawal kebijakan, termasuk mewarnai dunia jurnalistik dengan perspektif gender.

Hal itu diungkapkan oleh Ketua Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) Kota Serang, Ratu Ria Maryana. Ia mengatakan bahwa setidaknya terdapat dua hal penting dalam persoalan perempuan dan jurnalistik.

Pertama yakni keberadaan perempuan dalam dunia jurnalistik. Kedua, bagaimana pandangan dunia jurnalisme terhadap perempuan. Ria menegaskan bahwa dua hal itu sangatlah fundamental, karena keduanya akan menentukan apakah dunia jurnalistik saat ini berperspektif gender atau tidak.

Ria mengatakan, saat ini dunia jurnalistik sangat didominasi oleh pria. Di Kota Serang saja menurutnya, hanya terdapat segelintir jurnalis perempuan yang aktif dalam kerja-kerja jurnalistik untuk mengawal pembangunan.

“Hal ini menjadi tantangan tersendiri yang dihadapi oleh jurnalis perempuan. Tentunya keberadaan mereka sebagai seorang jurnalis salah satunya untuk memastikan bahwa jurnalisme berbasis gender itu benar-benar diterapkan,” ujarnya, Rabu (29/3).

Menurut Ria, tantangan yang dihadapi oleh jurnalis perempuan tidak lebih ringan daripada jurnalis laki-laki. Bahkan ia menilai jika jurnalis perempuan lebih berat tantangannya, lantaran budaya patriarkis yang masih mengakar di Indonesia.

“Meskipun jurnalis pria pun sama dalam hal tantangannya, namun jurnalis perempuan saya nilai lebih berat karena harus juga menghadapi budaya patriarkis. Jurnalis perempuan lebih rentan menghadapi kekerasan seksual saat peliputan, meskipun tidak menutup kemungkinan juga dapat terjadi pada jurnalis pria,” ucapnya.

Oleh karena itu, ia menuturkan bahwa perempuan juga harus menguasai ilmu-ilmu jurnalistik. Sebab menurut Ria, tak dapat dipungkiri bahwa media memiliki peran yang cukup besar dalam mendorong kesetaraan dan keadilan gender.

“Oleh karena itu, sebenarnya diperlukan jurnalisme yang memiliki sudut pandang perempuan, yang dikenal dengan istilah jurnalisme berperspektif gender,” ungkapnya.

Secara pribadi, Ria berpendapat bahwa jurnalisme berperspektif gender merupakan praktik jurnalisme yang berupaya untuk menyebarkan ide-ide mengenai kesetaraan dan keadilan gender antara laki-laki dan perempuan, melalui media apapun.

Selain itu, Ria mengatakan bahwa jurnalisme berperspektif gender akan juga menyasar pada pembahasan mengenai representasi, partisipasi serta akses kaum perempuan terhadap media massa.

“Persoalan representasi perempuan di media, pemberitaan yang memiliki sensitivitas gender, dan jurnalisme yang memiliki keberpihakan pada dasarnya bermuara pada sejauh mana akses perempuan pada media massa. Hal itu masih menjadi persoalan tersendiri saat ini,” katanya.

Isu-isu sensitif gender tersebut menurut Ria, masih menjadi praktik lumrah di dunia jurnalistik untuk mendulang pembaca maupun audiens. Perempuan menurut Ria, masih menjadi sebatas objek seksual semata.

“Misalnya ketika mengangkat politisi perempuan, liputan yang muncul bukan tentang pencapaian mereka, namun ada beberapa yang malah membuat berita seperti ‘inilah lima sosok politisi tercantik di indonesia’ atau memunculkan pertanyaan seperti ‘apakah punya waktu mengasuh anak?’,” terangnya.

Contoh lain yang menurutnya juga cukup memprihatinkan adalah penggambaran seksis dalam sejumlah pemberitaan kriminal yang melibatkan perempuan, baik sebagai seorang korban maupun pelaku.

“Seperti korban perempuan yang terkadang masih diseksualisasikan. Misalnya dalam berita pemerkosaan dan pembunuhan, sering kali judul beritanya adalah ‘mayat perempuan cantik ditemukan di got’. Seakan-akan, kecantikan merupakan penyebab ia diperkosa dan dibunuh,” tuturnya.

Oleh karena itu, Ria mengatakan bahwa jurnalisme perempuan menjadi salah satu program yang konsen dilakukan oleh pihaknya, untuk meningkatkan pemahaman perempuan terhadap jusnalistik, dan mengembangkan jurnalisme berperspektif gender.

“Karena media massa memiliki peranan yang besar dalam mengkonstruksi masyarakat, sehingga gambaran tentang perempuan yang muncul di media jika tidak dikritisi akan dianggap natural, wajar, dan bahkan begitulah adanya,” tegasnya.

Ria pun mengaku sudah beberapa kali menggelar pelatihan jurnalistik bagi perempuan Kota Serang, bersama dengan DP3AKB Kota Serang. Tentunya, ia sangat mengapresiasi DP3AKB Kota Serang yang serius dalam memfasilitasi KPPI Kota Serang, dalam melakukan pemberdayaan perempuan.

“Program dan kegiatan itu sangatlah penting untuk dilaksanakan guna mendorong peningkatan partisipasi perempuan, agar terlibat aktif di segala bidang. Saya berkeyakinan perempuan dapat mengoptimalkan potensi yang ada pada dirinya untuk bisa lebih berperan tanpa melupakan kodratnya,” tandas dia. (ADV)

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar