Internasional

Loyalis Assad Bingung dan Lega Tanpa Kekerasan Setelah Rezim Jatuh

GELUMPAI.ID – Setelah kejatuhan rezim Bashar al-Assad, kebingungan dan ketakutan menyelimuti sekte Alawite dan komunitas loyalis lainnya. Banyak yang mempertanyakan bagaimana kejatuhan yang begitu cepat ini terjadi setelah begitu banyak anggota mereka berkorban untuk mempertahankan Assad di kekuasaan.

Menurut laporan Reuters, loyalis Assad mengungkapkan perasaan pasrah mengenai runtuhnya pemerintahan Assad yang sudah berlangsung selama 24 tahun, yang menandai berakhirnya dominasi sekte Alawite—sebuah cabang dari Islam Syiah—di Suriah yang mayoritas Sunni. Kota Qardaha, yang merupakan kampung halaman Assad dan tempat makam ayahnya Hafez al-Assad, telah menjadi pusat pemakaman karena banyaknya pejuang loyalis yang gugur mempertahankan Assad.

Laporan dari Reuters menunjukkan bahwa para penduduk di daerah Alawite, antara kota pantai Tartous dan Latakia, bingung bagaimana tentara Suriah menyerah begitu saja tanpa memanggil cadangan dari basis dukungan utama Assad. Mohsen, salah seorang penduduk yang diwawancarai, mengatakan bahwa banyak orang yang siap bertempur jika dipanggil oleh Presiden Assad, namun hal itu tidak pernah terjadi. Sebagai gantinya, mereka hanya melihat penarikan pasukan di mana-mana, yang terasa sangat aneh baginya.

Dilansir dari sumber yang sama, warga desa-desa Alawite di dekat pantai mulai mendirikan pos-pos keamanan informal, dengan pemeriksaan siapa saja yang datang dan pergi. Di kota Latakia dan Tartous, yang mayoritas Alawite, protes pecah dengan warga merobohkan patung-patung Hafez al-Assad dan meneriakkan slogan-slogan anti-Assad. Meski begitu, protes tersebut terbilang damai tanpa adanya ketegangan sektarian yang berarti.

Salah satu warga Alawite yang menyaksikan protes di pantai mengatakan, “Jika keadaan terus seperti ini, kami tidak punya alasan untuk khawatir. Itu artinya kita tidak menuju model seperti di Libya dan semua yang kami takutkan ternyata tidak benar.”

Setelah pemberontak merebut Homs, mereka memeriksa kantor pemerintahan dan cabang-cabang keamanan di kota tersebut, namun tidak merusaknya atau mengacak-acak properti, yang memberikan rasa lega bagi warga setempat. Warga dari lingkungan Alawite Zahraa di Homs juga mengeluarkan pernyataan yang menyatakan bahwa mereka akan tetap tinggal di rumah dan menentang segala bentuk kekerasan, sambil meminta pemberontak untuk bertindak dengan penuh tanggung jawab seperti yang mereka lakukan di daerah-daerah lain yang memiliki komunitas minoritas. Mereka juga menegaskan bahwa siapa pun yang melawan pemberontak bertindak atas kemauan sendiri.

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar