Lumpia Rp13 Juta: Hidangan Tradisional dengan Sentuhan Mewah
GELUMPAI.ID – Popiah, makanan tradisional khas China yang biasanya dijajakan di berbagai negara Asia, kini menarik perhatian dunia dengan versi premiumnya. Jika di Indonesia, popiah kerap disamakan dengan lumpia yang harganya terjangkau, di Malaysia, sebuah inovasi popiah hadir dengan banderol fantastis, mencapai Rp13 juta.
Kreasi ini merupakan hasil kolaborasi unik antara Nimbus Restaurant dan Bibi’s Popiah, dua nama besar di dunia kuliner Malaysia. Keduanya menciptakan hidangan popiah premium yang disebut-sebut sebagai yang termahal di dunia. Hidangan ini pun sukses mencuri perhatian warganet, sebagaimana dilansir dari Asia One.
Peluncuran Popiah Mewah
Sebuah video singkat yang diunggah oleh Perly Yuen, salah satu pendiri Bibi’s Popiah, memperlihatkan kemeriahan acara peluncuran popiah premium tersebut pada Minggu (10/11). Dalam video itu, Yuen menjelaskan bahwa hidangan istimewa ini hanya tersedia melalui sistem pre-order. “Pelanggan harus memesan setidaknya satu minggu sebelumnya melalui salah satu dari lima gerai Bibi’s Popiah di Malaysia,” jelasnya.
Chef Fred Choong dari Nimbus dan Yao Tong dari Bibi’s Popiah turut berbagi cerita di balik kreasi fenomenal ini. Mereka mengungkapkan bahwa popiah premium ini diisi dengan lima bahan eksklusif dari berbagai penjuru dunia. Salah satu yang paling istimewa adalah isian kepiting raja Alaska yang dikukus ringan selama 4-5 menit, dipadukan dengan daun bawang bakar dan bunga cordyceps goreng berbalut minyak truffle.
Sentuhan Mewah pada Setiap Popiah
Dilansir dari Asia One, setiap popiah premium ini dilengkapi dengan saus istimewa sebelum digulung dengan kulitnya. Proses akhir melibatkan taburan kaviar ossetra asal Perancis dan daun emas 24 karat dari Italia. Inovasi ini memberikan sensasi baru bagi penikmat popiah tradisional.
“Penyajian ini dirancang untuk menghadirkan pengalaman kuliner yang berbeda dan eksklusif,” ujar Chef Fred Choong.
Namun, harga fantastis yang ditawarkan menu ini menuai beragam komentar di media sosial. Seorang warganet menulis, “Biarkan popiah tetap menjadi hidangan sederhana.” Komentar lainnya menyatakan, “Siapa yang rela menghabiskan uang sebanyak itu untuk popiah?”
Tinggalkan Komentar