GELUMPAI.ID – Program makan bergizi gratis yang digagas pemerintah kini tengah berjalan di sejumlah sekolah, namun sayangnya belum merata hingga ke Sekolah Luar Biasa (SLB). Anak-anak dengan kebutuhan khusus, yang seharusnya menjadi prioritas, justru belum merasakan manfaat program ini.
“Program ini semoga menjadi wujud nyata perhatian terhadap hak-hak anak disabilitas dengan memastikan mereka memiliki akses yang sama terhadap program pemerintah seperti anak-anak lainnya,” ujar Rina Prasarani, orang tua Mel Rizki, anak berkebutuhan khusus di SLB Rawinala, Jakarta Timur, Selasa (14/1).
Namun, hingga pekan kedua program ini berjalan, SLB Rawinala, yang menaungi 80 siswa dengan berbagai jenis disabilitas, belum tersentuh oleh program makan bergizi gratis. Rina mengungkapkan kekecewaannya karena kebutuhan gizi bagi anak-anak berkebutuhan khusus sangatlah penting, terutama untuk mendukung kesehatan fisik dan psikis.
Di sisi lain, SLB lain seperti SLBN 09 di Jakarta Utara juga belum mendapatkan akses. Kepala Sekolah SLBN 09, Husnul Khatimah, mengatakan bahwa hingga saat ini pihak Dinas Sosial baru sebatas menanyakan daftar sekolah yang belum menerima program tersebut.
“Sampai saat ini belum ada dari dinas, baru menanyakan saja sekolah yang belum mendapatkan makan bergizi gratis (MBG),” ujarnya.
Diet Khusus Anak Disabilitas
Tidak semua makanan cocok untuk anak berkebutuhan khusus. Bagi anak dengan sindrom autisme, misalnya, makanan yang mengandung gluten, kasein, atau zat tambahan makanan tertentu perlu dihindari. Kepala Sekolah SLBN 09 mengungkapkan bahwa beberapa murid di sekolahnya harus menjalani diet khusus, namun mayoritas orang tua murid tak sanggup memenuhi kebutuhan tersebut secara mandiri.
“Harusnya diet, tapi orang tua murid selama ini bawa bekal makan sesuai kemampuan, karena banyak yang kurang mampu,” jelas Husnul.
Situs resmi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes juga menyoroti bahwa kandungan seperti gluten pada gandum dan kasein pada susu bisa memicu reaksi berbeda pada anak dengan autisme, seperti hiperaktif atau gangguan saraf.