GELUMPAI.ID — McLaren pernah menghubungi Max Verstappen untuk menjajaki kemungkinan bergabung. Langkah ini dilakukan di tengah ketidakpastian masa depan pembalap Red Bull tersebut.
Verstappen, juara dunia empat kali, tengah jadi sorotan. Kontraknya dengan Red Bull hingga 2028 memiliki klausul keluar terkait performa tim.
Red Bull mengalami kesulitan bersaing musim ini. McLaren, yang mendominasi awal 2025, memanfaatkan situasi untuk mengeksplorasi peluang.
Mercedes diketahui telah lama mengincar Verstappen. Aston Martin juga disebut menyiapkan tawaran besar untuk pembalap Belanda itu.
Verstappen berulang kali menyatakan bahagia di Red Bull. Namun, peluang gelar kelima beruntunnya kian sulit dengan performa McLaren saat ini.
CEO McLaren Racing, Zak Brown, mengaku menghubungi Verstappen. Tujuannya untuk mengantisipasi perubahan di pasar pembalap.
“Ya, soal telepon itu… Tugas saya adalah menjelajahi pasar dan tahu apa yang terjadi,” ujar Brown kepada De Telegraaf.
Dikutip dari Crash, Brown menyebut panggilan itu dilakukan saat ia negosiasi kontrak dengan Oscar Piastri. Ia ingin tahu potensi efek domino di pasar pembalap.
“Saya ingin memperkirakan apakah ada batu yang jatuh, yang bisa memicu efek domino,” kata Brown.
Verstappen mengonfirmasi adanya pembicaraan dengan McLaren. Namun, diskusi itu cepat berakhir karena tuntutan gajinya.
“Ya, tapi itu tidak berlangsung lama,” ungkap Verstappen kepada Viaplay.
“Ketika Brown tahu berapa yang harus dibayar, itu langsung selesai,” tambahnya.
Ketika ditanya soal nominal, Verstappen hanya menjawab, “Banyak!”
Brown mengatakan panggilan itu memberinya informasi yang dibutuhkan. “Saat itu saya mendapatkan apa yang saya cari,” tuturnya.
Verstappen adalah pembalap F1 dengan bayaran tertinggi. Red Bull dikabarkan membayarnya $65 juta per tahun.
Brown lebih suka melihat Verstappen tetap di Red Bull ketimbang pindah ke Mercedes. Ia menilai situasi saat ini menguntungkan timnya.
“Saya lebih suka Max balapan di Red Bull daripada di Mercedes,” tegas Brown.
Ia juga memuji kepercayaan diri Mercedes sebagai pemasok mesin. Namun, McLaren tetap yakin dengan posisi mereka.