GELUMPAI.ID – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia berharap sebagian dana dari Danantara akan digunakan untuk mendukung investasi hilirisasi di Indonesia. Dalam acara Indonesia Economic Summit di Jakarta pada Rabu (19/2),
ia mengungkapkan bahwa Presiden Prabowo akan meresmikan lembaga baru bernama Danantara pada 24 Februari, dengan berbagai BUMN akan fokus pada lembaga tersebut.
Bahlil juga menyebutkan bahwa mereka berharap Presiden menyetujui penggunaan sebagian dana Danantara untuk membiayai investasi hilirisasi di Indonesia. Pemerintah saat ini, menurutnya, tengah berfokus pada dorongan hilirisasi sebagai upaya menciptakan nilai tambah.
Menurut masterplan yang telah disusun, investasi untuk hilirisasi hingga tahun 2040 diperkirakan membutuhkan dana sebesar 618 miliar dolar Amerika Serikat (AS) yang akan dialokasikan untuk 28 komoditas, termasuk sektor kehutanan, perikanan, pertanian, perkebunan, serta pertambangan dan gas.
“Jadi, kita fokus betul-betul untuk memberikan nilai tambah dalam negeri,” ujar dia lagi.
Di sisi lain, banyak perusahaan asing yang justru mendapatkan keuntungan terbesar dari hilirisasi, karena sebagian besar investasi dan teknologi berasal dari lembaga keuangan serta perusahaan asing.
Oleh karena itu, Menteri ESDM berpendapat bahwa bank-bank nasional seperti Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) seharusnya bisa terlibat dalam pembiayaan investasi hilirisasi, bekerja sama dengan bank-bank luar negeri.
Langkah ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi hingga mencapai 6 persen, meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) dan pendapatan per kapita, menciptakan lapangan pekerjaan yang berkualitas, serta meningkatkan Upah Minimum Regional (UMR). Namun, ia menegaskan bahwa pihak asing tidak boleh menjadi pemegang saham mayoritas dalam program hilirisasi.
“Mereka punya teknologi, mereka punya pasar. Kita sudah mulai berpikir, kita punya bahan baku, dan kita punya duit. Saya jujur aja, waktu jadi Menteri Investasi itu, merayu FDI (Foreign Direct Investment) itu memang agak ngos-ngosan karena seolah-olah dianggap kita negara yang butuh mereka, dan memang kita butuh. Kalau kita mempunyai kapital yang cukup, kita mempunyai bargaining position yang kuat. Di sinilah kita bisa sama-sama untuk mengelola sumber daya alam kita,” ujar Bahlil, dikutip dari ChatNews.id, pada Rabu (19/2).