GELUMPAI.ID – Ketika perdana menteri yang ditunjuk oleh pemberontak Suriah duduk bersama pejabat dari rezim Assad yang digulingkan pada hari Selasa, latar belakang pertemuan kabinet pertama mereka menyita perhatian publik. Di belakang mereka terlihat bendera revolusi Suriah, bersanding dengan bendera yang menampilkan deklarasi iman Islam yang sering dikaitkan dengan kelompok jihad.
Pemilihan visual yang kontroversial untuk rapat kabinet yang dipublikasikan pertama kali ini menimbulkan reaksi di media sosial, di mana beberapa pihak mengkritik langkah tersebut. Setelahnya, Perdana Menteri sementara Mohammad Al Bashir, yang sebelumnya memimpin provinsi Idlib yang konservatif di bawah kendali pemberontak, hanya tampil dengan bendera Suriah baru dalam wawancara televisi bersama Al Jazeera.
Pemerintahan pemberontak di Idlib, yang terletak di barat laut Suriah, memberikan gambaran tentang bagaimana mereka mungkin mengelola negara Suriah yang lebih besar. Para ahli dan penduduk Idlib menggambarkan pemerintahan mereka sebagai pragmatis dan dipengaruhi oleh tekanan internal serta eksternal. Mereka berusaha untuk menjauhkan diri dari masa lalu jihad mereka dan memperoleh pengakuan internasional. Namun, mereka juga mengakui bahwa pemerintahan mereka jauh dari demokratis atau liberal, dan mengingatkan bahwa memimpin negara sebesar Suriah akan menjadi tantangan yang jauh lebih besar.
Abu Mohammad al-Jolani, pemimpin Hayat Tahrir Al Sham (HTS), kelompok Islamis yang memimpin serangan pemberontak untuk menggulingkan rezim Assad dan digolongkan sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat, memilih untuk memerintah dari balik bayang-bayang. Jolani, yang sekarang menggunakan nama asli Ahmad al-Sharaa, menunjuk seorang teknokrat Al Bashir untuk memimpin Suriah sementara. Ia menyatakan bahwa para pejabat mereka memperoleh pengalaman berharga saat memerintah Idlib, tetapi mengakui bahwa itu mungkin tidak cukup.
“Pengalaman mereka (pemberontak) dimulai dari nol, Idlib kecil dan tanpa sumber daya, tetapi Alhamdulillah kami bisa melakukan hal-hal baik di masa lalu… pengalaman mereka tidak nol, ada beberapa area yang mereka sukses,” ujar Jolani dalam sebuah pertemuan dengan Perdana Menteri Assad, Mohammed Jalali, untuk membahas transfer kekuasaan. “Namun, kami tidak bisa tanpa para ‘orang lama’ dan kami harus memanfaatkan mereka.”