GELUMPAI.ID — Perang dagang yang dipicu oleh kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali menelan korban baru. Setelah Tesla, kini giliran Boeing yang merasakan dampak dari kenaikan tarif yang diberlakukan Trump.
Brian West, Kepala Keuangan Boeing, mengungkapkan kekhawatirannya terkait potensi tarif tersebut yang bisa membatasi ketersediaan suku cadang dari pemasok. Meski demikian, ia menegaskan bahwa perusahaan pesawat terbesar AS itu masih memiliki persediaan yang cukup untuk saat ini. “Tarif kemungkinan tidak akan mengurangi permintaan untuk jetliner perusahaan,” kata West, seperti dilansir dari Reuters pada Kamis (20/3/2025).
Menurut West, Boeing masih memiliki lebih dari 5.000 pesawat yang belum dipesan, dengan sebagian besar di antaranya adalah model 737. “Pengiriman jet lorong tunggal pada bulan Maret seharusnya sama dengan Februari, saat perusahaan mengirimkan 31 jet MAX ditambah satu P-8 Poseidon untuk Angkatan Laut AS,” tambahnya.
Data dari Barclays menunjukkan bahwa hingga 18 Maret, Boeing telah mengirimkan 13 unit 737. Perusahaan juga melaporkan kemajuan dalam menstabilkan produksi model 737 dan 787 Dreamliner, yang sebelumnya terdampak masalah kualitas dan rantai pasokan.
Boeing juga telah meningkatkan produksi bulanan untuk 737 MAX tahun ini dari sekitar 20 pesawat menjadi 38 pesawat. Produksi Dreamliner juga meningkat dari lima menjadi tujuh unit per bulan. Namun, West mengungkapkan bahwa perusahaan memprediksi kerugian satu kali sebesar US$150 juta (sekitar Rp2,4 triliun) untuk laba kuartal pertama. Hal ini disebabkan oleh rendahnya pengiriman jet komersial dan biaya berlebih pada kontrak harga tetap untuk divisi pertahanan dan antariksa.
Meskipun begitu, West optimistis arus kas Boeing akan membaik pada kuartal pertama, dengan proyeksi peningkatan sebesar “ratusan juta dolar”. Komentar ini mendorong harga saham perusahaan naik sebesar 6%.
Sumber: CNBC Indonesia