Pilkada Absurditas
Tapi, ketahuilah bahwa mereka sedang berusaha mengadali. Pilkada ini hanyalah instrumen mereka yang difasilitasi negara untuk bercanda dengan cara yang serius. Mereka tidak pernah serius mengobati sakitnya bangsa ini dari keterpurukan. Keresahannya pada kemelaratan dan harapannya pada kesejahteraan hanyalah bualan belaka, untuk sekedar mendapat tahta bernama kekuasaan.
Dibalik layar, mereka dipenuhi dusta politik bernama transaksi berkedok koalisi. Jika terpilih melalui kontestasi ini, mereka akan mendistribusi kewenangan demi mendapat kemewahan, lalu warga yang berhasil dikadali kemudian ditinggalkan tanpa pertimbangan.
Selain karena tuntutan koalisi, mereka juga tersandera oleh beban dari biaya politik yang harus diemban. Kebutuhan anggaran yang mereka harus keluarkan jauh melampaui kapasitas ekonomi yang mereka miliki.
Dengan itulah mereka menggandeng investor politik menjadi kolaborator. Investor inilah yang membantu secara finansial mereka. Alhasil, kekuasaan jika diperoleh dan dimanfaatkan untuk distribusi ekonomi untuk kepentingan kolaboratornya demi balas jasa politik, dan rakyat pun ditinggalkan.
Maka tak ada harapan bahwa Pilkada jadi pangkuan harapan. Karena ia justru menghasilkan kekecewaan, terutama pada warga yang terbelakang dari segi ekonomi, posisi dan strata sosial lainnya. Sebab, Pilkada hanyalah perebutan akses dan sumberdaya bagi segelintir orang, bukan untuk orang kebanyakan, terutama warga yang terjangkit kemiskinan.
Lalu, apa yang perlu diperbuat? Tak perlu berbuat apa-apa, selain jangan percaya politik selama tidak pernah dibuktikan. Ketidak percayaan itulah yang menjadi modal awal untuk membuat elit politik yang sedang merebut tahta agar sadar diri bahwa pemilik kuasa tertinggi negara demokrasi adalah rakyat.
Penulis : Robian Soleh (Presiden Mahasiswa STISIP Trimasda)
Tinggalkan Komentar