GELUMPAI.ID – Profesor Universitas Columbia, Joseph Massad, yang sempat memuji serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober sebagai “luar biasa”, kini akan mengajar mata kuliah mengenai Zionisme di kampus tersebut.
Kelas yang dipimpin Massad ini akan membahas “Sejarah Pencerahan Yahudi (Haskala) di Eropa abad ke-19 dan perkembangan Zionisme hingga proses perdamaian saat ini antara negara Israel, negara-negara Arab, dan gerakan nasional Palestina,” menurut deskripsi di situs web Columbia.
Pada hari setelah serangan berdarah Hamas terhadap Israel, Massad memposting sebuah kolom di situs The Electronic Intifada, yang mengatakan, “Pemandangan pejuang perlawanan Palestina yang menyerbu pos pemeriksaan Israel yang memisahkan Gaza dari Israel sangat mengagumkan, tidak hanya bagi Israel tetapi terutama bagi rakyat Palestina dan Arab yang keluar di seluruh wilayah untuk berdemonstrasi mendukung Palestina dalam perjuangan mereka melawan penjajah kejam mereka.”
“Tak kalah luar biasa adalah adegan yang disaksikan oleh jutaan orang Arab yang bersorak gembira seharian menonton berita, tentang pejuang Palestina dari Gaza yang menembus pagar penjara Israel atau meluncur melewatinya dengan udara,” tambahnya.
Universitas Columbia dan Massad belum memberikan tanggapan segera terhadap permintaan komentar dari Fox News Digital.
Anggota Kongres Ritchie Torres, yang merupakan sekutu kuat Israel, mengkritik kelas ini melalui X, menyatakan, “Mengapa pembayar pajak AS harus mensubsidi ideologi indoktrinasi yang memuliakan pembunuhan massal, penyiksaan, pemerkosaan, dan penculikan terhadap orang Yahudi dan Israel?”
Profesor Lawrence Rosenblatt, yang juga merupakan profesor di bidang urusan internasional dan publik di Columbia, dilaporkan telah mengundurkan diri karena kelas tersebut.
“Sementara Massad memiliki hak untuk berpikir dan berbicara sesuai dengan keyakinannya, Columbia memiliki tanggung jawab untuk mengajar secara objektif dan adil,” tulis Rosenblatt dalam surat pengunduran dirinya yang diperoleh oleh Jerusalem Post. “Setidaknya, mungkin bisa ditoleransi jika ada kelas tentang konflik Israel-Palestina yang diajarkan bersama dengan berbagai perspektif Israel dan Palestina, meskipun tidak oleh seseorang yang mendukung penghancuran kelompok tertentu.”