Putin Klaim Rudal Baru yang Digunakan di Ukraina Tidak Dapat Dicegat
GELUMPAI.ID – Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada Jumat (24/11), mengklaim bahwa rudal balistik baru yang diluncurkan ke Ukraina beberapa hari lalu tidak dapat dicegat oleh sistem pertahanan udara manapun. Pernyataan tersebut muncul sebagai puncak dari serangkaian ancaman yang meningkat terhadap negara-negara Barat.
Putin mengatakan dalam pernyataan yang disiarkan di televisi, “Tidak ada langkah penanggulangan terhadap rudal ini, tidak ada cara untuk mencegatnya,” seperti yang dikutip dari Reuters. “Dan saya ingin menegaskan sekali lagi bahwa kami akan terus menguji sistem terbaru ini. Kami perlu memulai produksi massal.”
Sebelumnya, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa serangan menggunakan rudal hipersonik “Oreshnik” ini merupakan peringatan kepada sekutu-sekutu Barat Ukraina yang dianggapnya “ceroboh.”
Pada hari Kamis, Putin juga mengungkapkan bahwa serangan dengan rudal balistik jarak menengah itu merupakan respons atas penggunaan senjata jarak jauh buatan Barat oleh Ukraina yang berhasil mengenai sasaran di dalam wilayah Rusia untuk pertama kalinya.
Meskipun Rusia sudah meluncurkan senjata baru tersebut, yang dilengkapi dengan beberapa hulu ledak, Amerika Serikat dan mitra Eropa mereka menegaskan bahwa dukungan mereka terhadap Ukraina tidak akan tergoyahkan.
Di sisi lain, muncul juga perkembangan baru mengenai semakin dalamnya aliansi antara Moskow dan Pyongyang. Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, juga mengeluarkan ancaman nuklir terhadap tetangganya yang didukung oleh AS, Korea Selatan, dan menuduh Washington memperburuk ketegangan.
Ancaman terbaru dari Putin dan Kim tersebut datang di tengah peringatan yang semakin mengkhawatirkan tentang perang Ukraina yang kini telah memasuki hari ke-1000, dengan Washington yang sedang mempersiapkan perubahan kepemimpinan.
Namun, pejabat dan analis Barat berusaha meredakan ketegangan dan menilai bahwa langkah-langkah tersebut merupakan upaya Rusia untuk menakut-nakuti Kyiv dan pendukungnya.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengutuk penggunaan rudal baru di kota Dnipro sebagai “eskalasi berat.” Ia juga mengungkapkan bahwa Ukraina sedang melakukan pembicaraan dengan para “mitra” untuk memperoleh sistem pertahanan udara baru guna menghadapi ancaman yang meningkat.
Dilansir dari NBC News, pada Kamis, Zelenskyy menyatakan bahwa serangan rudal Rusia ini adalah langkah besar kedua menuju eskalasi, setelah Rusia mendatangkan lebih dari 10.000 pasukan Korea Utara.
Pada hari Jumat, Kim Jong Un memperingatkan bahwa wilayahnya kini menghadapi risiko perang nuklir paling destruktif akibat permusuhan dari AS, menurut agensi berita KCNA.
Alianasi antara Kim dan Putin kemungkinan menjadi salah satu faktor yang mendorong AS dan sekutunya untuk melonggarkan pembatasan terhadap Ukraina. NATO, aliansi militer Barat yang tengah mempersiapkan kemungkinan kepemimpinan Donald Trump untuk kedua kalinya, juga menyatakan tidak akan menghentikan dukungan mereka meskipun mendapat ancaman dari Putin.
“Penggunaan kemampuan ini tidak akan mengubah jalannya konflik maupun menghalangi sekutu NATO untuk terus mendukung Ukraina,” kata juru bicara NATO, Farah Dakhlallah.
Pejabat administrasi Biden telah memberi pengarahan kepada Ukraina dan sekutu-sekutu lainnya dalam beberapa hari terakhir untuk mempersiapkan kemungkinan Rusia menggunakan senjata baru tersebut, seperti dikutip dari seorang pejabat AS.
“Rusia mungkin berusaha menggunakan kemampuan ini untuk menakut-nakuti Ukraina dan para pendukungnya atau untuk menarik perhatian dalam ranah informasi, tetapi ini tidak akan menjadi faktor pengubah permainan dalam konflik ini,” ujar pejabat AS tersebut.
Sementara itu, penggunaan senjata jarak jauh buatan Barat oleh Ukraina untuk menyerang wilayah Rusia terjadi setelah beberapa bulan meminta bantuan, di mana Ukraina terus menghadapi serangan udara dan pertempuran yang semakin intensif dari pihak Rusia.
Sebagai tanda meningkatnya ancaman, Parlemen Ukraina membatalkan sesi pada hari Jumat dan mengurangi kehadiran staf karena ancaman serangan rudal yang ditujukan ke area yang menampung gedung-gedung pemerintah, lapor penyiar publik Ukraina.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Rusia, Andrei Belousov, mengatakan bahwa pasukan mereka telah mempercepat kemajuan mereka dan “mengganggu” rencana militer Ukraina untuk tahun mendatang.
Pada kunjungannya ke pos komando kelompok pasukan “utara” yang menjadi sasaran serangan Ukraina di wilayah perbatasan Kursk menggunakan rudal jarak jauh Storm Shadow asal Inggris, Belousov mengatakan bahwa “unit terbaik Ukraina telah dihancurkan di sini” dan “kemajuan pasukan Rusia semakin cepat.”
Meskipun demikian, Andrey Baklitskiy, seorang peneliti senior di Institut Penelitian Pengendalian Senjata yang berbasis di Jenewa, tidak terlalu yakin dengan ancaman Rusia yang meningkat.
“Rusia jelas merasa perlu merespons karena Ukraina telah melanggar batasan yang ditetapkan,” katanya. Namun, ia menambahkan dalam wawancara via telepon dengan NBC News pada hari Jumat setelah peluncuran rudal baru tersebut bahwa “tidak jelas apa manfaat yang ditambahkan rudal ini terhadap kemampuan Rusia.”
Sementara itu, AS menyebut Oreshnik — atau “Hazel tree” — sebagai jenis rudal eksperimen baru yang didasarkan pada desain rudal balistik antarbenua RS-26 Rubezh yang sudah ada.
Awalnya, Kyiv mengklaim bahwa Rusia telah meluncurkan ICBM (rudal balistik antarbenua). Rudal ini kemungkinan juga akan “cukup mahal,” kata Baklitskiy, sehingga bukan sesuatu yang dapat sering digunakan oleh Kremlin.
Baklitskiy juga mengakui bahwa serangan ini masih memiliki fungsi sebagai ancaman terselubung bahwa Rusia suatu saat dapat melepaskan muatan nuklir. Namun, ia juga menekankan bahwa Kremlin masih berusaha menghindari eskalasi signifikan, karena Rusia sudah memberi tahu pejabat AS tentang serangan tersebut melalui saluran komunikasi pengurangan risiko nuklir.
“Anda merespons dengan sesuatu yang belum pernah digunakan sebelumnya,” tambahnya. “Tetapi ini tidak bersifat eskalatif dalam arti bahwa situasi ini tidak semakin memburuk.”
Tinggalkan Komentar