GELUMPAI.ID – Pertempuran sengit di Aleppo dimulai kembali setelah pasukan pemberontak Suriah memanfaatkan hentinya perang di Lebanon. Hadi al-Bahra, ketua oposisi utama Suriah di luar negeri, mengatakan kepada Reuters bahwa persiapan untuk merebut Aleppo dimulai setahun lalu, namun ditunda karena perang Gaza. Serangan besar-besaran baru diluncurkan pekan lalu setelah gencatan senjata di Lebanon, yang memberi kesempatan bagi pasukan pemberontak untuk bergerak.
Pemberontak Ambil Keuntungan dari Keterlibatan Hezbollah di Lebanon
Menurut al-Bahra, keberhasilan pemberontak merebut Aleppo dan daerah sekitarnya juga dipengaruhi oleh ketidakhadiran pasukan Hisbullah dan militan yang didukung Iran, yang sibuk terlibat dalam konflik dengan Israel. “Mereka (pemberontak) mulai mempersiapkan serangan besar ini setahun lalu, tapi perang di Gaza dan kemudian di Lebanon menunda aksi mereka. Mereka merasa tidak tepat untuk berperang di Syria pada saat yang sama dengan perang di Lebanon,” jelasnya dalam wawancara di kantornya di Istanbul.
Peran Turki dalam Persiapan Pemberontak
Meski pasukan Turki memiliki hubungan dengan sebagian kelompok pemberontak dan memiliki basis di sepanjang perbatasan selatan Syria, Turki menegaskan bahwa mereka tidak akan terlibat langsung dalam serangan ini. Hal ini diungkapkan al-Bahra sebagai tanggapan atas spekulasi sebelumnya tentang keterlibatan Turki dalam perencanaan serangan tersebut.
Serangan Pemberontak Jadi Tantangan Terbesar Bagi Assad dalam Beberapa Tahun Terakhir
Serangan besar ini dianggap sebagai tantangan terbesar bagi Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam beberapa tahun terakhir. Selama perang saudara yang berlangsung sejak 2011, garis depan di banyak wilayah sudah hampir terhenti sejak 2020. Meskipun pasukan Assad dan sekutu-sekutunya, termasuk Rusia, telah melakukan serangan balasan, al-Bahra menyebutkan bahwa serangan mereka malah “merusak stabilitas” di Aleppo dan Idlib.
Dampak Kemenangan Pemberontak di Aleppo
Menurut al-Bahra, kemenangan pemberontak atas Aleppo membuka jalan bagi kembalinya pengungsi Suriah, termasuk sekitar 600.000 orang yang kini berada di Turki. “Dengan berkurangnya kekuatan pasukan Hisbullah akibat perang di Lebanon, dukungan untuk rezim Assad semakin menipis,” ujar al-Bahra. Ia menambahkan bahwa milisi Iran juga kekurangan sumber daya dan Rusia memberikan dukungan udara yang lebih sedikit karena masalah di Ukraina.