Internasional

Revolusi Suriah Gulingkan Assad, Melarikan Diri ke Rusia dalam Kejutan Timur Tengah

GELUMPAI.ID – Pada 8 Desember 2024, pasukan pemberontak Suriah merebut ibu kota Damaskus tanpa perlawanan, mengakhiri pemerintahan Presiden Bashar al-Assad setelah lebih dari 13 tahun perang saudara dan enam dekade kekuasaan otoriter keluarga Assad. Kejatuhan pemerintahan Assad menandai salah satu perubahan besar di Timur Tengah dalam beberapa generasi.

Dikutip dari Reuters, pemberontak berhasil menggulingkan Assad, yang kemudian melarikan diri ke Rusia setelah kehilangan kendali atas negara yang telah menjadi tempat pengaruh Rusia dan Iran selama bertahun-tahun. Rusia memberikan suaka kepada Assad dan keluarganya, seperti yang dikatakan Mikhail Ulyanov, duta besar Rusia untuk organisasi internasional di Wina, melalui saluran Telegram-nya.

Kejatuhan mendadak Assad yang didukung oleh pemberontakan yang sebagian didorong oleh Turki dan berakar pada ideologi Islam Sunni jihad, membatasi kemampuan Iran untuk menyebarkan senjata kepada sekutunya dan bisa membuat Rusia kehilangan pangkalan angkatan lautnya di Mediterania. Ini juga bisa membuka peluang bagi jutaan pengungsi yang tersebar di berbagai negara seperti Turki, Lebanon, dan Yordania untuk kembali ke rumah mereka.

Bagi rakyat Suriah, ini membawa akhir yang tak terduga dari perang yang telah terhenti selama bertahun-tahun, dengan ratusan ribu korban tewas, kota-kota yang hancur, dan ekonomi yang terpuruk akibat sanksi global.

“Berapa banyak orang yang terpaksa mengungsi di seluruh dunia? Berapa banyak yang hidup di tenda? Berapa banyak yang tenggelam di lautan?” kata komandan pemberontak terkemuka, Abu Mohammed al-Golani, di depan kerumunan besar di Masjid Umayyad di pusat Damaskus, merujuk pada para pengungsi yang meninggal dalam perjalanan menuju Eropa.

“Sejarah baru, saudara-saudara, sedang ditulis di seluruh wilayah setelah kemenangan besar ini,” tambahnya, sambil menekankan bahwa dengan kerja keras, Suriah akan menjadi “mercusuar bagi umat Islam.”

Keadaan polisi negara Assad, yang dikenal sebagai salah satu yang paling keras di Timur Tengah sejak ayahnya merebut kekuasaan pada tahun 1960-an dengan ratusan ribu tahanan politik, lenyap dalam semalam. Ratusan tahanan yang bingung dan gembira keluar dari penjara setelah pemberontak meledakkan sel mereka. Keluarga yang terpisah bertemu kembali dan menangis dengan haru.

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar