GELUMPAI.ID – Setelah menggulingkan rezim Presiden Bashar al-Assad minggu lalu, kelompok pemberontak yang dipimpin oleh Abu Mohammed al-Jolani, seorang mantan jihadis yang kini terlibat dalam diplomasi internasional, mulai menjalankan misi besar untuk mendapatkan legitimasi internasional. Mereka berusaha untuk mempresentasikan pemerintah baru Suriah sebagai negara yang ramah, inklusif, dan tidak agresif, meskipun latar belakang mereka yang penuh kontroversi.
Pada hari Minggu, Jolani berhasil mengadakan pertemuan di Damaskus dengan Geir Otto Pedersen, utusan khusus PBB untuk Suriah, yang menyatakan bahwa komunitas internasional “semoga akan melihat akhir yang cepat dari sanksi, agar kita bisa melihat upaya nyata untuk membangun kembali Suriah.”
Namun, Pedersen juga mengingatkan bahwa keadilan harus ditegakkan dan “harus melalui sistem peradilan yang kredibel.”
Pada hari Senin, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, mengatakan bahwa ia telah “menugaskan seorang diplomat top Eropa di Suriah untuk pergi ke Damaskus dan melakukan kontak dengan pemerintah baru serta orang-orang di sana,” dan menambahkan bahwa Uni Eropa akan mempertimbangkan langkah-langkah lebih lanjut “jika Suriah bergerak ke arah yang benar.”
Hingga saat ini, Amerika Serikat dan Inggris juga telah melakukan kontak dengan kelompok pemberontak yang menguasai negara tersebut, bersama dengan Qatar dan Turki. Pejabat PBB telah bertemu dengan perdana menteri sementara Suriah, dan Inggris baru-baru ini mengirim delegasi ke Damaskus, seperti yang diumumkan oleh Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, dalam konferensi pers pada Senin.
Sementara beberapa negara mulai membuka jalur komunikasi dengan pemerintahan baru ini, banyak pihak yang tetap ragu. Keberhasilan Jolani dan HTS dalam merebut kota Aleppo, Hama, dan Damaskus dalam waktu singkat memperlihatkan kekuatan mereka, namun latar belakang mereka yang terkait dengan al-Qaeda tetap menjadi isu besar dalam diplomasi internasional.
Meskipun Jolani berusaha menjauhkan HTS dari kelompok jihad lainnya, HTS tetap digolongkan sebagai Organisasi Teroris Asing oleh Amerika Serikat sejak 2018, dengan hadiah 10 juta dolar bagi siapa saja yang dapat menangkapnya. HTS dan pemimpinnya juga telah terdaftar sebagai organisasi teroris oleh PBB dan negara-negara lain.