News

Rusia Lancarkan Serangan Udara Besar-Besaran ke Ukraina, Matikan Listrik di Beberapa Wilayah

Gelumpai.id, Internasional – Rusia melancarkan serangan udara terbesar terhadap Ukraina dalam hampir tiga bulan terakhir pada Minggu, dengan menembakkan 120 rudal dan 90 drone yang menewaskan sedikitnya tujuh orang dan menyebabkan kerusakan parah pada sistem kelistrikan Ukraina, demikian disampaikan pejabat setempat, dilansir dari Reuters.

Selama beberapa pekan, Ukraina sudah bersiap menghadapi serangan besar-besaran dari Rusia yang kembali menyasar sistem energi yang sudah rapuh, dengan kekhawatiran akan terjadinya pemadaman listrik yang berkepanjangan menjelang musim dingin serta tekanan psikologis yang meningkat hampir 1.000 hari setelah invasi penuh skala Rusia dimulai.

Serangan tersebut, yang menyebabkan pemadaman listrik di banyak wilayah, terjadi pada saat pembicaraan mengenai kemungkinan perundingan damai semakin mengemuka, seiring dengan kedatangan masa jabatan Presiden AS yang baru, Donald Trump, yang berjanji untuk mengakhiri perang meskipun tanpa menjelaskan cara melakukannya.

Pertahanan udara Ukraina terdengar aktif menangkis drone-drone yang memasuki wilayah Kyiv pada malam hari, dan serangkaian ledakan keras terdengar di pusat kota selama serangan rudal berlangsung. Warga yang khawatir berlindung di stasiun metro bawah tanah dengan mengenakan mantel musim dingin.

“Kerusakan parah pada sistem energi Ukraina, termasuk di stasiun-stasiun DTEK. Serangan-serangan ini kembali menunjukkan kebutuhan mendesak Ukraina akan sistem pertahanan udara tambahan dari sekutu kami,” kata Maxim Timchenko, CEO DTEK, perusahaan energi swasta terbesar di Ukraina.

Meskipun kerusakan yang ditimbulkan sulit untuk diperkirakan secara rinci, karena serangan-serangan Rusia sebelumnya sudah merusak jaringan listrik Ukraina, pejabat mengonfirmasi adanya kerusakan pada “infrastruktur kritis” atau pemadaman listrik di berbagai wilayah, mulai dari Volyn, Rivne, Lviv di barat hingga Dnipropetrovsk dan Zaporizhzhia di tenggara.

DTEK memberlakukan pemadaman darurat di wilayah selatan Odesa, namun telah mencabutnya di tiga wilayah lainnya pada pagi hari. Pekerjaan darurat terus dilakukan di wilayah Odesa, Rivne, dan Volyn, kata operator jaringan listrik nasional Ukrenergo.

Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan telah melancarkan serangan besar-besaran ke fasilitas energi yang menyuplai kompleks industri-militer Ukraina. “Sasaran musuh adalah infrastruktur energi kami di seluruh Ukraina,” ujar Presiden Volodymyr Zelenskiy.

Angkatan Udara Ukraina menyebut telah menghancurkan 104 dari 120 rudal yang datang dan menembak jatuh 42 drone. Sementara itu, 41 unit lainnya menghilang dari radar.

Sedikitnya tujuh orang tewas dalam serangan ini, di wilayah Lviv, Mykolaiv, Odesa, dan Dnipropetrovsk, kata otoritas setempat.

Mihai Popsoi, Wakil Perdana Menteri Moldova, mengatakan bahwa rudal dan drone Rusia melanggar wilayah udara Moldova selama serangan tersebut. Polandia, yang juga berbatasan dengan Ukraina, mengatakan bahwa mereka telah mengerahkan angkatan udaranya sebagai langkah pencegahan.

Serangan besar terakhir yang diluncurkan Rusia terhadap Kyiv terjadi pada 26 Agustus, ketika pejabat Ukraina mengungkapkan bahwa lebih dari 200 drone dan rudal ditembakkan ke berbagai target di Ukraina.

Serangan terbaru ini semakin menambah tekanan pada Ukraina, sementara pasukan Rusia semakin mempercepat kemajuan di medan perang di wilayah timur sejak 2022 dalam upaya mereka untuk menguasai seluruh wilayah Donbas yang kaya industri.

Pasukan Ukraina, sementara itu, berusaha bertahan di sebuah wilayah yang mereka kuasai di wilayah Kursk, Rusia, pada Agustus lalu, yang menurut Kyiv bisa menjadi alat tawar suatu saat nanti.

Serangan ini, menurut Sybiha, tampaknya merupakan “respons nyata” dari Moskow terhadap upaya pemimpin negara-negara lain untuk menghubungi Presiden Vladimir Putin, yang terlihat dari telepon pertama yang dilakukan Kanselir Jerman, Olaf Scholz, pada Jumat lalu setelah dua tahun tidak ada komunikasi.

Meskipun Scholz mendesak Putin untuk menarik pasukannya, yang kini menguasai sepertiga wilayah Ukraina, Kyiv menyatakan bahwa panggilan tersebut justru mengurangi isolasi yang dialami Putin.

Perdana Menteri Polandia, Donald Tusk, mengungkapkan pandangan serupa: “Serangan malam tadi, yang merupakan salah satu yang terbesar dalam perang ini, membuktikan bahwa diplomasi melalui telepon tidak dapat menggantikan dukungan nyata dari seluruh Barat untuk Ukraina. Beberapa pekan mendatang akan menjadi penentu, tidak hanya untuk perang itu sendiri, tetapi juga untuk masa depan kita,” ujarnya.

Dikutip dari Reuters

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar