Bisnis & Ekonomi

Rusia Siap Naikkan Suku Bunga Besar-Besaran, Inflasi Kian Menggila!

GELUMPAI.ID – Rusia tengah bersiap-siap buat naikin suku bunga dalam skala besar minggu ini. Alasannya? Inflasi yang makin nggak terkendali akibat perang berkepanjangan dan lemahnya ekonomi mereka.

Berdasarkan data terbaru, Indeks Harga Konsumen (CPI) Rusia melonjak jadi 8,9% di bulan November 2024 dibanding periode sama tahun lalu, naik dari 8,5% di Oktober. Kenaikan harga ini paling kerasa di sektor makanan, seperti mentega, telur, minyak bunga matahari, dan sayuran.

Rubel Melemah, Tekanan Inflasi Meningkat

Salah satu faktor utama inflasi adalah melemahnya rubel. Setelah sanksi baru dari AS menghantam Rusia bulan November, mata uang ini anjlok drastis. Rubel sempat menyentuh level 114 terhadap dolar AS, angka terendah sejak Maret 2022.

Kenapa? Karena AS menargetkan bank besar Rusia, Gazprombank, yang diduga jadi jalur pembelian material militer dan pembayaran prajurit Rusia. Sanksi ini bikin biaya impor ke Rusia meroket, yang berujung ke lonjakan harga di pasar domestik.

Bank Sentral Siap Bertindak

Ekonom memprediksi Bank Sentral Rusia (CBR) bakal naikin suku bunga sebesar 200 basis poin di pertemuan tanggal 20 Desember, jadi 23%. Ini langkah drastis buat mengontrol inflasi yang udah kelewat batas.

Menurut Liam Peach, ekonom senior dari Capital Economics:

Inflasi yang kembali naik di November bikin bank sentral harus bertindak tegas. Ada kemungkinan inflasi bisa tembus di atas 9% tahun depan.

Sebelumnya, CBR udah menaikkan suku bunga sebesar 200 basis poin di Oktober, tapi itu belum cukup meredam harga-harga yang meroket.

Rakyat Rusia Tercekik Harga Pangan

Warga Rusia jadi korban utama. Kenaikan harga makanan pokok bikin pengeluaran harian makin berat. Situasi ini diperburuk oleh perang Ukraina yang bikin kekurangan tenaga kerja dan gangguan rantai pasokan. Biaya produksi pun naik drastis, yang akhirnya dibebankan ke konsumen.

Meski begitu, pemerintah Rusia menolak menyalahkan perang. Mereka lebih suka menyalahkan sanksi Barat yang disebut sebagai tindakan negara tidak bersahabat. Presiden Vladimir Putin pun menyangkal kalau ekonomi Rusia sedang “tukar mentega demi senjata.”

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar