GELUMPAI.ID – Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Presiden ke-6 Indonesia, membuka-bukaan tentang strategi ekonominya saat menghadapi dua krisis besar: Krisis Keuangan Global 2008/2009 dan Taper Tantrum 2013/2014. Meski dihadapkan pada kondisi ekonomi yang menantang, SBY mampu menjaga laju pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas 6% selama lima tahun masa pemerintahannya.
Pada 2007, ekonomi Indonesia tumbuh 6,35%, dan meskipun 2009 mencatatkan pertumbuhan terendah di masa jabatannya, yakni 4,63%, Indonesia mampu bangkit dan mencatatkan angka di atas 6% pada 2010 hingga 2012.
“Tidak ada resep ajaib, tidak ada rahasianya, kita bisa menggunakan common sense dan pemikiran rasional,” kata SBY dalam wawancara khusus di program Squawk Box CNBC Indonesia, Senin (17/2/2025).
Menurut SBY, kunci untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di atas 5% adalah dengan fokus pada komponen utama yang mendorong aktivitas ekonomi domestik. “Jika kita ingin pertumbuhan lebih tinggi, pastikan komponen yang bisa menaikkan pertumbuhan dijaga dan ditingkatkan,” tambahnya.
Selama masa pemerintahannya, SBY fokus pada konsumsi rumah tangga yang menjadi pendorong utama ekonomi. Ia menjaga konsistensi kenaikan gaji ASN, mendorong penciptaan lapangan kerja, dan menyalurkan bantuan sosial yang tepat sasaran untuk masyarakat kurang mampu.
“Jika konsumsi rumah tangga melemah, pertumbuhan akan ikut terpengaruh. Itulah yang harus dijaga,” tegasnya.
Fokus lainnya adalah menciptakan iklim investasi yang kondusif, menjaga belanja pemerintah, dan memperkuat ekspor. SBY menegaskan bahwa jika empat komponen tersebut terjaga dengan baik, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus kuat.
“Pemimpin harus bisa menjadi orkestrator, menjaga optimisme. Semua pihak, mulai dari pemerintah, sektor swasta, hingga media, harus bergotong royong,” papar SBY.
Sumber: CNBC Indonesia