GELUMPAI.ID – Bendung Lama Pamarayan adalah salah satu infrastruktur peninggalan kolonial Belanda yang terletak di Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Dibangun pada awal abad ke-20, bendungan ini memiliki peran penting dalam sistem irigasi dan pengendalian air di wilayah Banten.
Latar Belakang Pembangunan
Pada akhir abad ke-19, wilayah Banten sering mengalami masalah banjir dan kekeringan yang berdampak pada sektor pertanian. Sebagai bagian dari kebijakan Politik Etis, pemerintah kolonial Hindia Belanda membangun Bendung Pamarayan untuk mengatur aliran Sungai Ciujung. Pembangunan dimulai pada tahun 1905 dan selesai pada tahun 1919.
Desain dan Arsitektur
Bendung ini memiliki panjang sekitar 191,65 meter dan terdiri dari berbagai elemen, termasuk ruang kontrol, bendungan sekunder, jembatan, serta rel lori yang digunakan untuk pengoperasian pintu air. Arsitekturnya mengadopsi gaya Art Deco dengan dua menara sebagai pengendali aliran air, menjadikannya tidak hanya fungsional tetapi juga memiliki nilai estetika tinggi.
Peran dalam Irigasi dan Pertanian
Setelah dioperasikan, Bendung Lama Pamarayan mampu mengairi sekitar 27.000 hektar lahan pertanian di Banten. Hal ini sangat membantu dalam meningkatkan hasil pertanian dan kesejahteraan masyarakat sekitar. Namun, seiring berjalannya waktu, terjadi pendangkalan sungai dan penurunan debit air yang menyebabkan efektivitas bendung ini menurun.
Penghentian Operasional dan Status Cagar Budaya
Pada tahun 1997, setelah lebih dari tujuh dekade beroperasi, Bendung Lama Pamarayan resmi dihentikan operasionalnya karena faktor teknis dan usia bangunan yang sudah tua. Sebagai penggantinya, dibangun Bendung Pamarayan Baru yang terletak sekitar satu kilometer dari bendung lama. Saat ini, Bendung Lama Pamarayan ditetapkan sebagai situs cagar budaya dan menjadi objek wisata sejarah yang menarik bagi pengunjung yang ingin mempelajari warisan kolonial di Indonesia.
Bendung Lama Pamarayan adalah salah satu saksi sejarah pembangunan irigasi di Indonesia. Meski tidak lagi berfungsi, keberadaannya tetap menjadi bukti penting tentang bagaimana teknologi kolonial diterapkan untuk mengelola sumber daya air di Indonesia. Kini, bendung ini menjadi bagian dari warisan sejarah yang perlu dijaga dan dilestarikan.