Artikel Disusun Oleh:
Annisa Assyifa
Muhammad Teo Permana
Sri RahmawatiCO AUTOR : Dr. Nurmalinda, S.Kar., M.Pd ([email protected])
Masyarakat Melayu di Kabupaten Rokan Hilir memiliki sistem ekonomi yang unik, mencerminkan keseimbangan antara nilai-nilai tradisional dan tuntutan zaman modern. Di tengah pesatnya perkembangan globalisasi, sistem ekonomi tradisional tetap hidup dan menjadi kekuatan lokal yang khas.
Berbasis Agraris dan Maritim
Sebagian besar masyarakat Melayu Rokan Hilir menggantungkan hidup pada sektor agraris dan maritim. Pertanian, terutama tanaman padi dan kelapa sawit, menjadi tulang punggung ekonomi pedesaan. Di kawasan pesisir seperti Bagansiapiapi, yang dulu dikenal sebagai kota ikan terbesar kedua di dunia, nelayan masih menjalankan aktivitas penangkapan ikan secara tradisional.
Sistem ini bersifat kolektif dan berbasis kekeluargaan. Hasil tangkapan dan pertanian sering dibagi secara adil antar anggota keluarga atau kelompok kerja. Kebiasaan ini melahirkan rasa solidaritas yang tinggi di antara warga.
Gotong Royong dan Arisan Sebagai Pilar Ekonomi Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari, budaya gotong royong menjadi penggerak utama ekonomi lokal. Baik dalam membangun rumah, memanen sawit, hingga kegiatan sosial ekonomi lainnya, masyarakat Melayu Rokan Hilir mengedepankan semangat kebersamaan.
Selain itu, praktik arisan dan simpan pinjam secara informal juga menjadi solusi keuangan alternatif, terutama bagi ibu-ibu rumah tangga dan pelaku UMKM. Sistem ini memberikan kemudahan akses modal usaha tanpa harus terjerat utang berbunga tinggi dari lembaga keuangan formal.
UMKM dan Ekonomi Kreatif Meningkat
Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap potensi lokal, berbagai produk UMKM mulai tumbuh, seperti kerajinan tangan, makanan khas Melayu, hingga produk turunan dari kelapa dan sagu. Pemerintah daerah juga aktif memfasilitasi pelatihan dan promosi produk lokal melalui berbagai event dan pameran daerah.
Ekonomi kreatif berbasis budaya Melayu juga mulai berkembang, misalnya dengan menjual produk berbasis motif batik Rokan Hilir, kuliner khas seperti mi sagu, dan kegiatan wisata budaya di desa-desa tradisional.
Tantangan dan Harapan
Meskipun demikian, masyarakat ekonomi Melayu Rokan Hilir masih menghadapi tantangan seperti keterbatasan akses pasar, permodalan, dan digitalisasi. Masih banyak pelaku usaha kecil yang belum tersentuh teknologi, dan pemanfaatan media sosial untuk pemasaran masih rendah.