News

Tiga Korban Meninggal Dunia Akibat Cuaca Ekstrem di Lebak, BPBD Angkat Bicara

GELUMPAI.ID – Cuaca ekstrem yang melanda wilayah Lebak, Banten, sejak Selasa (3/12) hingga Kamis (5/12) telah mengakibatkan tiga korban meninggal dunia. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lebak, Febby Rizky Pratama, menjelaskan bahwa bencana ini dipicu hujan deras disertai angin kencang.

“Cuaca ekstrem, hujan deras disertai angin kencang terjadi di Lebak dari hari Selasa (3/12) sampai hari ini,” ujar Febby pada Kamis (5/12).

Korban Jiwa Akibat Cuaca Ekstrem

Febby merinci, salah satu korban adalah R (64), warga Kecamatan Cibeber, yang meninggal dunia setelah tertimpa pohon tumbang saat perjalanan pulang dari kebun ke rumah pada Kamis (5/12).
“Kondisi hujan deras disertai angin kencang. Korban ditemukan cukup lama oleh warga di lokasi kejadian,” jelas Febby, seperti dikutip dari Detik. Korban sudah dievakuasi dan dimakamkan oleh keluarganya.

Selain itu, dua korban lainnya juga dilaporkan meninggal akibat bencana yang sama. Warga berinisial D (13) tewas tenggelam saat banjir di Kecamatan Banjarsari pada Rabu (4/12), sementara DA (14) meninggal akibat tanah longsor di Cipanas pada Selasa (3/12).
“Cuaca ekstrem selama tiga hari ini, kita menerima laporan tiga orang meninggal,” ungkap Febby.

BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya telah memperingatkan potensi cuaca ekstrem sepanjang Desember. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) tahun ini bertepatan dengan puncak musim hujan, yang diperparah oleh fenomena La Nina lemah.

“Musim hujan ini disertai dengan terjadinya La Nina lemah yang berdampak pada peningkatan curah hujan mencapai diprediksi 20 persen dari normalnya,” kata Dwikorita saat Rapat Kerja dengan Komisi V DPR RI, Rabu (4/12).

Ia menambahkan, puncak musim hujan di sebagian wilayah Sumatera dan Jawa Selatan terjadi pada Desember, sementara Jawa bagian tengah hingga utara akan mengalaminya di Januari.
“Kondisi ini bisa memengaruhi mobilitas masyarakat selama libur Nataru, khususnya di Sumatera dan Jawa,” imbuh Dwikorita.

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar