Internasional

Tragedi Azerbaijan Airlines: Fakta dan Spekulasi yang Menggegerkan!

GELUMPAI.ID – Azerbaijan memperingati hari berkabung nasional untuk mengenang para korban kecelakaan tragis pesawat Azerbaijan Airlines yang menewaskan 38 orang pada hari Natal. Dalam momen penuh duka ini, setidaknya 29 orang berhasil selamat dari insiden tersebut.

Pada hari Kamis, negara itu menggelar hening cipta nasional. Dilansir dari laporan resmi, bendera diturunkan setengah tiang, lalu lintas dihentikan sementara, dan sinyal peringatan berbunyi dari kapal serta kereta api di seluruh negeri.

Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, menyatakan Kamis sebagai hari berkabung nasional dan membatalkan kunjungannya ke Rusia untuk menghadiri pertemuan puncak informal Persemakmuran Negara-negara Merdeka (CIS). Kantor kepresidenan menyebut Aliyev telah “memerintahkan tindakan segera untuk menyelidiki penyebab bencana tersebut.”

Kronologi Kejadian

Pesawat Embraer 190 milik Azerbaijan Airlines jatuh di dekat kota Aktau, Kazakhstan barat, pada Rabu malam. Pesawat yang dijadwalkan terbang dari Baku ke Grozny ini malah menyimpang dari jalurnya, melintasi Laut Kaspia karena kondisi cuaca buruk, sebelum akhirnya mengalami kecelakaan saat mencoba mendarat di Aktau.

Menurut Kementerian Kesehatan Kazakhstan, dari 67 penumpang di pesawat, 42 di antaranya adalah warga negara Azerbaijan, 16 warga Rusia, 6 warga Kazakhstan, dan 3 warga Kirgistan. Lima orang lainnya adalah awak pesawat. Saat ini, sebelas korban luka dalam perawatan intensif, sementara 12 korban selamat telah diterbangkan ke Azerbaijan.

Spekulasi dan Investigasi

Spekulasi penyebab kecelakaan mencuat. Beberapa ahli, dikutip dari Al Jazeera, menduga pesawat itu ditembak jatuh secara tidak sengaja oleh sistem pertahanan udara Rusia. Yury Podolyaka, seorang pakar militer Rusia, mengatakan lubang pada reruntuhan pesawat menunjukkan pola kerusakan yang menyerupai serangan rudal anti-pesawat.

Osprey Flight Solutions, sebuah firma keamanan penerbangan Inggris, juga mengeluarkan peringatan kepada kliennya. CEO Andrew Nicholson menyebut kecelakaan ini sebagai pengingat tragis bahwa ancaman terhadap penerbangan sipil di kawasan konflik tetap tinggi.

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar