Tragis! Anak-Anak di Bengal Jadi Korban Ledakan Bom Politik, Mengapa Ini Terus Terjadi?
Sebagian besar insiden ini terjadi ketika anak-anak sedang bermain di luar rumah – di taman, jalanan, atau bahkan dekat sekolah. Bom-bom ini biasanya disembunyikan oleh para pelaku politik untuk menakut-nakuti lawan mereka, terutama selama musim pemilu.
West Bengal, yang memiliki sejarah panjang kekerasan politik, juga dikenal sebagai tempat lahirnya bom rakitan yang pertama kali digunakan pada awal abad 20 selama pemberontakan melawan penjajahan Inggris. Saat ini, bom-bom tersebut dikenal dengan nama “peto,” yang biasanya terbuat dari tali goni dan diisi dengan benda-benda seperti paku, kaca, atau baut.
Poulami Halder, seorang gadis yang kini berusia 13 tahun, adalah salah satu korban yang selamat. Pada tahun 2018, saat ia sedang memetik bunga di desa Gopalpur, ia menemukan benda yang ia kira bola, namun ternyata itu adalah bom. Ledakan menghancurkan tangannya, dan ia harus menjalani amputasi. Meskipun begitu, Poulami terus bersekolah dan bermimpi menjadi seorang guru.
Sabina Khatun, yang mengalami hal serupa pada tahun 2020, juga harus kehilangan tangannya setelah bom meledak di tangannya saat ia sedang mengembalakan kambing. Sekarang, meskipun mengalami kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari, Sabina terus berjuang untuk melanjutkan hidupnya.
Anak-anak ini, meskipun selamat, harus menanggung luka fisik dan psikologis yang mendalam. Mereka adalah bukti nyata dari kekerasan politik yang terus menerus terjadi di West Bengal.
Namun, meskipun sudah banyak nyawa yang hilang, tidak ada tanda-tanda bahwa kekerasan bom ini akan berakhir. Setiap kali pemilu tiba, bom-bom ini kembali digunakan, dan anak-anak terus menjadi korban.
Partai politik utama di West Bengal, termasuk Trinamool Congress (TMC) dan Bharatiya Janata Party (BJP), serta Communist Party of India (Marxist) (CPI-M), semua membantah terlibat dalam pembuatan atau penggunaan bom untuk kepentingan politik. Namun, banyak ahli yang percaya bahwa kekerasan ini merupakan bagian dari budaya politik di West Bengal.
Seperti yang dikatakan oleh Pankaj Dutta, mantan Inspektur Jenderal Kepolisian West Bengal, “Penggunaan bom ini sudah terjadi lebih dari 100 tahun. Ini adalah penyalahgunaan yang ekstrem terhadap anak-anak. Ini adalah kelalaian dari masyarakat.”
Tinggalkan Komentar