GELUMPAI.ID — Turki kembali diguncang protes besar-besaran setelah pemerintah menahan Wali Kota Istanbul, Ekrem Imamoglu, pada Rabu (19/3/2025). Aksi unjuk rasa terjadi di berbagai kota besar, meskipun pemerintah memberlakukan larangan tegas terhadap demonstrasi.
Penahanan Imamoglu yang dianggap oleh banyak pihak sebagai langkah politis, memicu gelombang protes yang tak terelakkan. Oposisi menyebutnya sebagai serangan terhadap demokrasi. “Pemerintah berusaha membungkam Imamoglu karena takut kalah dalam pemilu mendatang,” ujar Ozgur Ozel, Ketua Partai Rakyat Republik (CHP). Ia menegaskan bahwa pihaknya akan mencalonkan Imamoglu sebagai kandidat presiden pada pemilu mendatang.
Baca: Trump Resmikan Pembubaran Departemen Pendidikan AS
Imamoglu, yang dikenal sebagai rival politik utama Presiden Recep Tayyip Erdogan, dituduh terlibat dalam kasus korupsi dan mendukung organisasi teroris. Penahanan ini memicu tuduhan dari oposisi bahwa Erdogan sedang berusaha menghalangi Imamoglu berpartisipasi dalam pemilu yang semakin dekat. “Kami yakin Imamoglu akan menang. Jika pencalonannya diblokir, dukungan untuk oposisi justru akan semakin besar,” tambah Ozel.
Erdogan menanggapi protes dengan menyebutnya sebagai “teater politik” yang tidak memiliki relevansi. Dalam pidatonya di Ankara, Erdogan menegaskan bahwa pemerintahannya tidak akan terganggu oleh narasi yang dibangun oposisi. Namun, banyak pengamat politik yang menilai tindakan ini sebagai langkah strategis Erdogan untuk mempertahankan kekuasaannya.
Baca: Krisis Politik Ukraina: Serangan Ke Pangkalan Militer Rusia
Seiring dengan demonstrasi yang meningkat, pemerintah Turki menerapkan larangan berkumpul selama empat hari dan membatasi akses media sosial untuk menghambat koordinasi para pengunjuk rasa. Kepolisian Turki dilaporkan menangkap puluhan orang dengan tuduhan menyebarkan informasi provokatif, sementara bentrokan dengan petugas keamanan terjadi di beberapa lokasi, termasuk Istanbul dan Ankara.
Imamoglu sendiri, yang kini berada dalam tahanan, menyerukan agar masyarakat dan anggota partai yang berkuasa melawan ketidakadilan yang ia alami. “Peristiwa ini telah melampaui batas partai dan ideologi politik kita,” tulisnya dalam unggahan di platform X. “Sekarang adalah waktunya untuk bersuara.”