Warga Suriah di Pengasingan Mulai Ingin Pulang
GELUMPAI.ID – Doctor Mehdi Davut tersenyum penuh harapan saat menceritakan rencananya kembali ke Suriah untuk pertama kali dalam delapan tahun. Ia berencana mengunjungi Aleppo, kota yang baru saja dibebaskan dari kendali pasukan Presiden Bashar al-Assad, untuk menilai kebutuhan bantuan makanan dan medis.
“Pembebasan Aleppo membawa kebahagiaan besar karena selama ini Aleppo adalah sumber luka,” ujar Davut di Istanbul, di mana sekitar setengah juta warga Suriah kini tinggal. Aleppo, yang sejak 2016 dikuasai Assad, kini kembali memunculkan harapan pulang bagi ratusan ribu orang yang diasingkan.
Meskipun kabar pembebasan Aleppo memberi secercah harapan, Davut tetap skeptis. “Kami takut akan serangan lagi,” katanya, merujuk pada potensi aksi militer dari pasukan pro-Assad. “Bahkan mereka yang ingin pulang mungkin akan menunggu setidaknya enam bulan hingga satu tahun.”
Turki menjadi tempat pengungsian bagi jutaan warga Suriah sejak perang pecah pada 2011. Menteri Dalam Negeri Turki Ali Yerlikaya mengungkapkan lebih dari 40% dari tiga juta warga Suriah di Turki berasal dari Aleppo. Namun, ia meminta pengungsi menunggu hingga wilayah itu benar-benar aman sebelum kembali.
Wilayah barat laut Suriah saat ini berada dalam kondisi relatif stabil berkat kesepakatan antara Turki dan Rusia sejak 2020. Namun, pemberontakan terbaru oleh kelompok oposisi, yang didukung Turki namun dipimpin oleh kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS), memicu kekhawatiran baru.
Hadi al-Bahra, kepala oposisi utama Suriah, mengatakan bahwa operasi pemberontak ini bertujuan membuka kembali Aleppo bagi warga yang terlantar, termasuk hingga 600.000 pengungsi dari Turki. Namun, HTS yang dianggap sebagai kelompok teroris oleh Turki, AS, dan Rusia menjadi sorotan dalam upaya tersebut.
Di klinik kesehatan milik Davut di distrik Fatih, Istanbul, staf merayakan kabar pembebasan Aleppo dengan membagikan permen. “Semoga kami bisa kembali ke Aleppo karena jauh dari keluarga dan orang tercinta sangat berat,” kata Intisar Ashour, seorang perawat berusia 50 tahun yang meninggalkan Aleppo satu dekade lalu setelah saudaranya tewas dalam serangan bom.
Tinggalkan Komentar