Cegah Kekerasan Seksual, Edukasi Seks Harus Dilakukan, Jangan Anggap Tabu
Gelumpai.ID – Edukasi seks hingga saat ini masih dianggap tabu oleh masyarakat. Padahal, edukasi seks dinilai mampu pencegah terjadinya kekerasan seksual, terlebih saat ini kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak pun kian meningkat di Indonesia.
Wakil Ketua 1 TP PKK Kota Serang, Ana Mardiana Subadri, mengatakan bahwa saat ini kondisi Indonesia sangat memprihatinkan. Mengingat berbagai kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak terus menerus muncul ke permukaan.
“Memang yah mungkin salah satu faktor penyebabnya adalah penggunaan gadget yang tidak benar. Anak atau masyarakat mungkin menggunakan gadget untuk menonton hal yang tidak baik, sehingga mendorong mereka melakukan tindakan tersebut,” ujarnya di Cipocok Jaya, Kamis (6/1/2022).
Maka dari itu, dirinya yang mengetuai Pokja 1 TP PKK Kota Serang mengaku akan menggencarkan program sosialisasi pola asuh anak. Sehingga, anak-anak di Kota Serang tidak terjebak dengan pengaruh negatif gawai dan internet.
“Kebetulan di Pokja saya ada program Pola Asuh Anak dan Remaja (PAR). Memang ini dilakukan agar orang tua dapat mempersiapkan anak-anak kita yang akan menginjak dewasa, yang masih labil dari segi emosional dan tinggi rasa ingin tahu,” terangnya.
Salah satunya, ia ingin agar edukasi seks untuk anak tidak lagi dianggap tabu untuk dilakukan. Karena dengan edukasi seks yang baik, maka anak-anak menjadi tahu bagaimana untuk menjaga diri dari predator seksual.
“Sebenarnya guru pertama itu orang tua. Sedini mungkin seharusnya mengajarkan mana bagian tubuh yang tidak boleh disentuh meskipun oleh sesama jenis. Mana yang boleh diperlihatkan, mana yang tidak boleh diperlihatkan. Usia 5 hingga 6 tahun itu sudah harus diajarkan,” katanya.
Menurutnya, edukasi seks harus benar-benar dilakukan oleh orang tua sedini mungkin. Sebab berkaca dari berbagai kasus yang tengah marak, justru para pelaku mayoritas didominasi oleh orang-orang terdekat. Tidak terkecuali keluarga dan lembaga pendidikan keagamaan seperti pesantren.
“Memang sekarang ini sangat marak pelaku-pelaku berasal dari lingkaran orang terdekat. Entah keluarga, saudara dan tetangga. Bahkan di beberapa kasus, guru mereka di Ponpes pun melakukan hal itu,” ungkapnya.
Ketua Presidium FSPP Kota Serang, KH Enting Abdul Karim, mengatakan bahwa sebenarnya Islam pun mengajarkan edukasi seks sejak dini. Mulai dari larangan-larangan hingga tata cara berpakaian.
“Bahkan ada kitab yang dikhususkan membahas terkait dengan semacam edukasi seks. Seperti kapan wanita haid, tata cara (berhubungan badan). Ada pada kitab Fathul Izhar, ini merupakan kitab Fiqih,” ujarnya.
Ia mengatakan, pembahasan mengenai kitab tersebut memang saat ini belum dijadikan sebagai pembelajaran wajib dalam kurikulum. “Biasanya dilakukan pada saat bulan Ramadan. Jadi ada momen khusus untuk membahas kitab itu,” ucapnya.
Sementara untuk mengantisipasi maraknya kasus kekerasan seksual di lingkungan pesantren, pihaknya telah melakukan konsolidasi ke seluruh Ponpes di Kota Serang, untuk benar-benar menjaga diri dari tindakan tersebut.
“Kami akan antisipasi, jangan sampai ada kekerasan dari guru kepada santrinya. Kiyai kepada santriwatinya. Makanya kami minta pula kepada para Nyai nih, tolong kendalikan suaminya,” katanya sembari tertawa.
Tinggalkan Komentar