Balita di Kasemen Kota Serang Gizi Buruk
GELUMPAI.ID – Seorang balita di Kelurahan Kasunyatan, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, diduga mengalami gizi buruk. Pasalnya, di usia yang sudah menginjak 2,5 tahun itu, berat badan Juliyadi jauh berbeda dengan berat rata-rata balita seusianya.
Meskipun demikian, pihak Kelurahan melalui Puskesmas dan kadernya, terus berupaya untuk melakukan penangkapan semaksimal mungkin. Hingga akhirnya Juliyadi mendapatkan bantuan makanan dengan gizi baik melalui program dapur gizi kelurahan.
Berdasarkan pantauan, balita yang tinggal di Kampung Kebon Kelapa II RT 02 RW 01 itu memiliki perawakan lebih kecil dari balita seusianya. Tangan dan kaki Juliyadi nampak seperti bayi yang masih berusia di bawah satu tahun dengan mata yang sayu.
Diungkapkan oleh sang nenek, Rasmah, mengatakan bahwa memang kondisi cucunya ini banyak mengalami sakit. Terbaru, Juliyadi didiagnosis menderita sakit lambung yang mengakibatkan panas tak kunjung turun disertai batuk.
“Anaknya baru sembuh, tadinya sakit dan dibawa berobat ke mantri. Katanya sakit lambung, selama lebih dari sebulan dia (Juliyadi) sakit,” ungkapnya, Rabu (7/12).
Meski cucunya menderita sakit, namun diakui oleh Rasmah bahwa dirinya tidak membawa ke fasilitas kesehatan (faskes) Puskesmas yang jaraknya sekitar 1,5 kilometer dari rumahnya. Sebab, ia mengaku khawatir tidak bisa membayar biaya pengobatan, sebab Rasmah sendiri merupakan keluarga prasejahtera.
Ditambah, kondisi Juliyadi saat ini piatu atau sudah tidak ber-ibu. Kemudian sang ayah, pergi meninggalkan kelima anaknya termasuk Juliyadi kepada Rasmah tanpa mengurus identitas anaknya.
“Ibunya sudah meninggal saat banjir 1 Maret 2022, bapaknya pergi entah ke mana dan saya enggak berani untuk bawa berobat ke Puskesmas, khawatir mahal dan enggak bisa bayar. Untuk kebutuhan sehari-hari saja seadanya,” ucap Rasmah.
Diketahui, kakak tertua Juliyadi baru berusia sekitar 12 tahun, disusul kakaknya yang kedua berusia 9 tahun. Selanjutnya anak ketiga baru berusia sekitar 7 tahun dan keempat baru menginjak usia 4 tahun.
“Semua anaknya diurus oleh saya karena bapaknya pergi enggak ada kabar,” tuturnya.
Rasmah mengaku bahwa Juliyadi pernah menerima bantuan makanan gizi baik dari kelurahan. Namun, hal itu tidak berlangsung lama, hanya 4 kali makan saja.
“Sudah pernah dibantu tambahan makanan (gizi baik) dari kelurahan, tapi cuma 4 kali aja dan itupun disetop karena katanya giliran,” ucapnya.
Sedangkan, ia beralasan jarang membawa Juliyadi ke Posyandu, karena saat jadwal Posyandu, Juliyadi tengah mengalami demam dan sebagainya. Ia juga mengaku bahwa sesekali ia berdagang di sekitar Masjid Agung Banten untuk membantu perekonomian keluarganya.
“Jarang ke Posyandu, karena waktu saya mau bawa Juliyadi ke Posyandu dia lagi sakit, panas, batuk. Jadi saya kasihan dan akhirnya enggak dibawa ke Posyandu,” tandasnya.
Sementara itu, Ipah, yang merupakan kader Posyandu di Kampung Kebon Kelapa II, menyampaikan bahwa pihaknya telah berupaya untuk mengajukan Juliyadi sebagai peserta penerima tambahan makanan sehat. Pihaknya juga telah mendata serta memberikan asupan makanan sehat yang bersumber dari dapur gizi kelurahan selama 20 kali berturut-turut diberikan pada saat makan siang.
“Kami berupaya untuk membantu sebagai kader, membantu agar Juliyadi mendapatkan bantuan sesuai dengan kebutuhannya. Alhamdulillah yang terakhir, kami baru saja memberikan bantuan makan sehat dari dapur gizi kelurahan, diberikan khusus kepada anak itu setiap makan siang,” jelasnya.
Ia mengaku, selalu berkoordinasi dengan pihak RT untuk melakukan pendataan secara rinci berkaitan dengan ibu hamil dan balita. Ipah juga mengaku, bersama rekannya selalu woro-woro kepada warga agar datang ke Posyandu, memeriksakan diri bagi yang hamil dan juga memeriksakan anaknya yang masih balita.
“Kami tidak henti-hentinya woro-woro kepada warga agar datang ke Posyandu setiap bulan. Tapi untuk Juliyadi, kami belum melihat dibawa ke Posyandu, sehingga kami mendatangi ibu Rasmah untuk menanyakan perihal ketidakhadirannya ke Posyandu,” terangnya.
Dengan adanya informasi soal gizi buruk, pihaknya langsung melaporkan hal itu kepada Kepala Puskesmas Kasemen. Sehingga dalam waktu dekat ini, pihaknya akan intens dan memberikan bantuan berupa susu F100 yang khusus diberikan kepada balita penderita gizi buruk.
“Informasinya gizi buruk, kami meneruskan ke Ibu Kepala Puskesmas dan alhamdulillah beliau responsif dan meminta ibu Rasmah datang ke Puskesmas untik dilakukan pemeriksaan terhadap Juliyadi. Rencananya bu Kapus akan memberikan susu F100 kepada Juliyadi, dan kami terus memantau perkembangannya seperti apa,” tuturnya.
Diakhir ia mengungkapkan bahwa khusus untuk keluarga Juliyadi, pihaknya telah berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan penanganan terhadap balita tersebut meski belum tercatat dalam Adminduk meski usianya sudah 2,5 tahun. Akan tetapi, pihak keluarga disebut kurang mendukung dengan kemudahan akses yang diberikan, sehingga terdapat siaran berita yang kurang baik yang berdampak terhadap kader di lingkungan tersebut terkesan cuek.
“Kami sebagai kader berupaya terus untuk membantu, meskipun Juliyadi tidak tercatat di Kartu Keluarga, kami berupaya membantu yang kami bisa lakukan dan dimasukkan ke program gizi baik. Tapi keluarga jarang sekali membawa ke Posyandu ataupun ke Puskesmas, alasannya katanya sakit dan sebagainya, dan kami sebagai kader disebut lalai karena informasi gizi buruk tersebut. Insyaallah kami sudah melakukan yang terbaik, tinggal bagaimana keluarga mendukung kesembuhan Juliyadi,” tandasnya.
Tinggalkan Komentar