Anak Muda Apolitis? Justru Mereka Konsen pada Isu Sosial dan Isu Politik

Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa memunculkan wakil-wakil rakyat yang dapat memperbaiki birokrasi dan pemerintahan yang lebih baik dan para pemimpin yang mendengarkan aspirasi anak muda serta pemimpin yang memanfaatkan kapabilitas anak muda yang tidak hanya kritis,tetapi juga kreatif.

“Anak muda tidak menutup mata. Mereka concern terkait ‘social issue” dan ‘politic issue” yang berdampak langsung bagi kehidupan mereka. Misalnya, isu pemilu, ketenagakerjaan, demokrasi, lingkungan, dan korupsi,” terangnya.

Sedangkan narasumber terakhir, Farchan Misbach Adinda, HIMA Hukum Universitas Nahdhatul Ulama (UNUSIA) menguraikan peran dan partisipasi Gen Z. Menurut Farhan anak-anak muda harus memahami esensi demokrasi.

Pemilu dan demokrasi sulit untuk dipisahkan satu sama lain. Namun demokrasi tidak melulu soal pemilu. Gen Z juga harus melek politik, selain literasi digital, literasi politik tidak kalah penting untuk Gen Z yang menjadi tools dalam memutuskan pilihannya selama pesta demokrasi.

Gen Z dapat menjadi second journalist/agent of control yang senantiasa memantau berjalannya pesta demokrasi dengan memanfaatkan media kreatif yang selalu konsen dan kritis. Terakhir, menjadi pemilih cerdas, kritis, dan kreatif. Tidak golput, ikut menggunakan hal pilih dengan mencoblos, mendukung kegiatan kegiatan yang dilakukan penyelenggara pemilu, misalnya sosialisasi pemilu.

“Siapa bilang Gen Z apolitis? Demonstrasi #ReformasiDikorupsi jadi bukti aktivisme politik Gen Z yang sering dituduh acuh soal dunia politik. Aksi ini bahkan jadi kolaborasi aktivisme di jalanan dan media sosial dulu tidak pernah terbayangkan sama sekali oleh generasi pendahulu,” Farhan memberi contoh.

Rifqi Fatahilah
WRITTEN BY

Rifqi Fatahilah

Kenyamanan dalam bekerja merupakan kunci untuk mendapatkan hasil yang paripurna

Tinggalkan Balasan