Banyak Kasus Pelajar Positif Covid-19, Dewan Kota Serang Minta Dindik Buat Kebijakan Alternatif

GELUMPAI.ID – Komisi II pada DPRD meminta agar Dindikbud dapat membuat kebijakan alternatif, dalam menjalankan pembelajaran di tengah pandemi .

Sebab, saat ini marak kasus pelajar di yang terkonfirmasi positif, pada saat pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM).

Anggota Komisi II pada DPRD , Muji Rohman, mengatakan bahwa pihaknya telah mendapatkan laporan, jika banyak pelajar yang terpapar .

“Laporan yang kami dapat memang sudah banyak. Sudah ada beberapa yang terkonfirmasi . Tentu yang kami khawatirkan adalah mereka terkena varian baru Omicron itu,” katanya saat diwawancara di ruang Fraksi Partai Golkar DPRD Kota Serang, Selasa (8/2).

Menurutnya, hal tersebut harus menjadi atensi dari , sehingga penyebaran di kalangan pelajar tidak semakin meluas. Dindikbud juga harus bisa merancang desain pembelajaran yang benar-benar aman dari penyebaran .

“Tentunya Dindikbud harus memperhatikan keselamatan dari anak didik kita. Jangan sampai misalnya, memaksakan sekolah tatap muka namun ternyata itu berbahaya bagi keselamatan mereka,” ucapnya.

Namun di sisi lain, Muji juga meminta kepada , agar tidak membebankan orang tua pelajar dengan risiko-risiko penyebaran Covid-19, maupun beban dalam menyiapkan fasilitas pendidikan bagi anak mereka.

“Kita semua tahu ya bagaimana orang tua siswa itu sudah kesulitan dalam membantu anak-anaknya pada saat pembelajaran daring. Belum lagi menyiapkan fasilitas seperti gawai dan kuota internet. Tapi mereka juga bimbang ketika membiarkan anak-anak mereka belajar tatap muka, khawatir terpapar Covid-19,” tuturnya.

Oleh karena itu, pihaknya mendorong agar Dindikbud dapat membuat kebijakan alternatif, dengan merancang pola pembelajaran yang dapat meringankan beban orang tua pelajar, namun tidak beresiko terhadap keselamatan dan kesehatan para pelajar.

“Makanya, kami meminta agar dilakukan rutin rapat koordinasi dan peningkatan kapasitas guru, bagaimana membangun pola pembelajaran yang baik di tengah pandemi saat ini. Karena sudah bukan menjadi rahasia, banyak yang ingin tatap muka karena banyak murid yang kurang paham ketika belajar daring. Salah satunya akibat kapasitas guru dalam membawa materi secara daring kurang memadai,” tandasnya.

Sebelumnya diberitakan, sebanyak satu orang guru serta enam orang pelajar di tingkat SD dan SMP terpapar Covid-19. Mereka terkonfirmasi positif setelah melakukan perjalanan ke luar daerah.

“Iya, mereka terpapar akibat bepergian ke luar daerah,” ujar Kepala , Alpedi, beberapa waktu yang lalu.

Maka dari itu, pun mulai melakukan vaksinasi kepada para pelajar, khususnya berusia 11 tahun ke bawah.

Alpedi menuturkan, vaksinasi terhadap anak usia sebelas tahun ke bawah itu baru bisa dilakukan, apabila ada persetujuan dari orang tuanya. Sehingga, jika orang tua belum memberikan izin, maka pihaknya tidak akan memaksa.

“Karena kan ini sifatnya anjuran, jadi kami akan memberikan pemahaman lagi ke orang tua kalau vaksin ini penting,” katanya.

Kendati demikian, orang tua siswa disebutkan sangat antusias dengan pemberian vaksin bagi anak mereka tersebut. Terbukti dengan banyaknya anak usia 11 tahun ke bawah, yang ikut pada pelaksanaan vaksinasi pertama.

“Antusias, jadi kalau ada informasi yang di sana sini yang berbeda, itu hoaks. Karena para orang tua pada antusias mengantarkan anaknya vaksinasi,” ucapnya.

Jabied
WRITTEN BY

Jabied

Admin tampan situs Gelumpai.ID

Tinggalkan Balasan

close